Islam

Ranting yang Hilang-Mengajarkan Keshalihan

Sebuah ranting dari pohon itu tiba-tiba patah. (Demikian awal tulisan Lukito Edi Nugroho dosen Teknik Elektro UGM Yogya setelah anaknya meninggal beberapa hari sebelumnya (kecelakaan 8 mahasiswa Pascasarjana Psikologi UGM) di Jatim.
Tidak ada lagi yang ajak,”Bapak, ayo sholat berjamaah”. Tidak terlihat lagi lampu pijar kamar menyala di sepertiga malam karena si empunya sholat malam. Tidak ada lagi sosok perempuan mungil menyiapkan sahur di ruang makan. Tidak terdengar lagi suara lembut lantunan ayat2 Al-Quran jelang fajar.

Tidak ada lagi salam saat  bapak pulang. Tidak ada lagi yang minta waktu diskusi tentang kehidupan. Tidak ada lagi pelukan hangat setelah nasihat2 disampaikan. Tidak ada senyum khas dan tatapan lembut tiap kali kita bertemu yang tak terlupakan. Kamu telah pergi Nduk, meninggalkan kami. Tetapi pergi dengan  banyak pelajaran.

Kamu mengajari bapak, ibu, dan adik2 tentang keshalihan, manusia  membangun hubungan dengan Sang Khalik. Kamu ajari  tentang kekuatan Keluarga. Kamu ajari seluruh isi rumah, persistensi belajar dan menuntut ilmu. Banyak Nduk yang kamu tinggalkan. Kami berjanji akan meneladani yang kau tunjukkan.
Bapak akan lanjutkan berlaku sebagai bapak yang baik bagi adik2mu. Demikian ibu dan  Adik2mu,  akan mencontoh semangat  : Belajar menuntut ilmu. Kami semua akan belajar menumbuhkan keshalihan, seperti yang telah kau tunjukkan. Dengan cara itu kami selalu mengenangmu. Tapi tiba-tiba pula  muncul kesadaran, tentang bagaimana Tuhan sangat menyayangimu.

Dengan sholatmu, puasamu, mengajimu, hormatmu ke ortu, sayangmu ke adik2mu, semangat belajarmu, rasa sosialmu kepada orang lain. Kami tidak yakin Tuhan sangat2 menyayangimu. Dan satu lagi,  ketika gurumu menyampaikan kepada kami  setelah proses evakuasi

—–
Kamu masih minta dipasangkan jilbabmu karena kamu ingin sholat selama di ambulans yang membawamu ke rumah sakit. hilanglah semua keraguan kami tentang yang akan kamu jalani di alam sana, Nduk. Dia akan menempatkanmu pada derajad yang tinggi.

Sementara melalui dirimu, kami ditunjukkan oleh-Nya pelajaran berharga. Tentang keshalihan, tentang keluarga, tentang menuntut ilmu, dan banyak pelajaran lainnya  dalam melanjutkan kehidupan.

 

Terpampang sebuah hikmah yang luar biasa. Bagaimana Tuhan mengatur semuanya dengan sangat sempurna. Dia mengambil permata hati kami, tetapi Dia menempatkannya pada tingkat yang jauh lebih tinggi. Ya Allah, kami tdak sanggup mengangkat wajah mengingat nikmat-Mu ini…

Nduk, bapak menulis ini berurai air mata. Bapak sedih mengingatmu, tapi sekaligus  diliputi oleh syukur.
Melalui dirimu, Tuhan telah memberikan nikmat luar biasa. Kamu telah pergi mendahului. Tapi engkau tidak pernah  meninggalkan kami, Engkau tetap berada di hati. Selamanya.

Satu ranting pohon  memang telah hilang, tapi pohon itu akan bertambah kuat, bertambah rindang.
Pohon itu masih akan melanjutkan fungsinya, memberikan keteduhan bagi siapapun yang berada di sekelilingnya. (Soenarto SA; dari grup WA-VN, sumber dari : Lukito Edi Nugroho dosen Teknik Elektro UGM Yogyakarta setelah anaknya meninggal beberapa hari yang lalu)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close