Selingan

Wayang Gatutkaca(13)-Pergulatan hati

Di suatu kesempatan, saat pandawa dan ibunya, dewi Kunti, duduk di istana Mertani peninggalan Prabu Yuditira, Bima mengeluarkan perasaan hatinya. ” Mengapa orang itu selalu ikuti kita?”.
” Siapa Kanda Bima?”, tanya Tangsen (Sadewa) pura2 tidak tahu.

” Hmm. Siapa lagi kalau bukan dia”, kata Bima.
” Ya, dia siapa?”, tanya Tangsen.
” Hmm”, gumamnya, tanpa menjawab.
” Tangsen, tentu yang dimaksud Bima itu Arimbi yang beberapa lama selalu ikuti kita atau lebih tepatnya Bima”, jawab Dewi Kunti.

” Oh. Ya hamba tahu, mungkin dia sabar menunggu Kanda Bima” kata Tangsen yang mulai sering menggunakan nama Sadewa.
” Hmmm”, gumam Bima dengan geramnya.
” Sabarlah Bima. Kalau dia bosan, tentu dia pulang ke asalnya”, jawab dewi Kunti menenangkan Bima.

” Ya. Namun sekian lama ikuti kita dia tak bosan. Sebaiknya kita usir saja Bu”, kata Bima.
” Jangan Bima. Biarlah dia pergi atas kemauan sendiri. Yang penting, terutama kamu tidak terpengaruh kedatangannya. Kita fokus tujuan semula, membuka Hutan Wanamarta ini untuk dibuat kerajaan besar, kalau bisa malah bisa mengalahkan kemegahan kerajaan Hastinapura” jawab Dewi Kunti.

” Baiklah”, kata Bima yang diiyakan saudara2nya, para pandawa.
Pemilik 4 mata yang selalu mengikuti pandawa, terutama Bima adalah Arimbi berada di bagian lain Hutan Wanamarta tidak jauh dari tempat pandawa tinggal.

Terbayang di pelupuk mata, kakak tertuanya, yaitu Arimba yang kini jadi raja di negaranya, Pringgadani, menyuruh Arimbi membunuh Bima yang anak Pandu Dewanata yang telah membunuh ayah mereka, yaitu Prabu Trembaka. Arimbi ingat dia segera ke Negara Ekacakra ketika dengar pandawa ada di sana.

 

Namun para pandawa pergi ke Hastinapura. Bima juga membunuh Prabu Dwaka sahabat Prabu Arimba atau Harimba. Arimbi saat itu penasaran dengan yang bernama Bima, sebab dai berhasil membunuh Prabu Dwaka yang terkenal sakti mandraguna.

Arimbi diam2 mengikutinya. Ketika melihat Bima yang panenggak pandawa dan kesatria gagah perkasa, tubuh tinggi besar, Arimbi justru jatuh cinta padanya. Tatkala pandawa ke Hutan Wanamarta, Arimbi ikut terus dan ketika bertemu Bima dia mengutarakan isi hatinya, ingin mengabdikan diri ke  Bima. Namun cintanya ditolak mentah2 Bima.

Arimbi menyadari bahwa dirinya memang berujud raseksi atau raksasa wanita, tidak selayaknya jatuh cinta kepada seorang kesatria seperti Bima. Namun, kata-kata Dewi Kunti yang sebenarnya hanya untuk menghiburnya, sebagai basa-basi, justru ditangkap Arimbi sebagai pemberian harapan.

“Sabarlah, jika dewa mengizinkan, yang sulit bisa mudah”, kata Dewi Kunti saat itu. Kata2 Dewi Kunti itu diucapkan sambil mengelus pundak Arimbi sebelum dia pergi menyusul anak2nya menjauhi Arimbi masih ter-ngiang2. Usapan lembut di pundaknya itu seperti dinginnya embun  yang dirasa siang hari.

Lama mengikuti Bima dari kejauhan membuatnya bimbang. Di satu sisi dia ditugasi kakaknya membunuh Bima, namun yang terjadi dia malah jatuh cinta kepada Bima. Kalau rasa cinta itu diteruskan, nyatanya dia hanya bertepuk sebelah tangan. Apakah harus diteruskan keinginan hati itu?

Semakin hari, hati Arimbi semakin bimbang bahkan bingung. Kalau dia membunuh Bima, jelas tidak mungkin, tidak tega membunuh orang yang justru dicintainya. Kalau menunggu Bima, sampai kapan? Sampai tua? Itupun kalau Bima mau menerimanya.

Bagi Arimbi dicinta Bima walau hanya sedikit tak jadi masalah. Arimbi dapat info dari pengawalnya Bima telah beristri. Kalau dia membandingkan Arjuna, dalam waktu singkat dia mendapatkan dua istri, pertama putri Resi Wilawuk (Dewi Jimambang).

 

Kedua putri Prabu Yudistira (Dewi Ratr). Maka ke depan, Bima dan Arjuna bisa saja punya istri2. Namun hal itu tak jadi masalah baginya, sebab di jaman wayang, “lumrah”, pria punya banyak istri. Arimbi makin bimbang. Kalau dia tidak membunuh Bima, tentu cepat atau lambat kakaknya tahu dan memarahi dia.

Perasaan, isi hati Arimbi, dirasa makin bercabang, makin ruwet, bercampur baur, ibarat gunungan terbalik gambaran hati manusia, kerajaan diri manusia secara badaniah. Kini gambaran itu bukan hanya secara badaniah, namun nyata secara batiniah.

Pertimbangan2 itu membuat Arimbi pusing. Namun layaknya kebanyakan wanita, bahwa, 75% perasaan dan 25% petimbangan, Arimbi memilih akan menunggu Bima menerimanya daripada membunuhnya. Ibaratnya, kalau terpaksa, tetap mencinta walau tidak bisa memiliki. Dia siap menerima kemarahan kakaknya Arimba.

Arimba, kakak Arimbi raja Kerajaan Pringgadani tidak jauh dari Hutan Wanamarta makin tidak sabar menunggu Arimbi segera membunuh Bima. Dari hasil me-mata2i Arimbi, mereka dapat info dari para pengawal Arimbi, bahwa Arimbi jatuh cinta kepada Bima. Arimba lewat mata2nya menasehati Arimbi untuk mengabaikan perasaan hatinya pada keturunan Prabu Pandu Dewanata itu.

Lama Arimba menunggu laporan Arimbi membunuh Bima, namun hal itu tidak jadi kenyataan. Akhrinya Arimba menyusul Arimbi ke Hutan Wanamarta dan berhasil menemui Arimbi. Di Hutan Wanamarta itu mereka bertemu. Setelah ceritera keadaan masing2, Arimba tanya perihal Bima ke Arimbi.

” Arimbi. Adikku yang kubanggakan. Kamu meninggalkan Kerajan Pringgadani dengan tugas mulia, yaitu membunuh Bima. Apa hasilnya?”, kata Arimba denga penuh kasih sayang seorang kakak.
” Maaf Kakang, adikmu ini belum berhasil. Belum ada kesempatan yang baik”, kata Arimbi beralasan.
” Belum ada kesempatan atau kamu tidak tega? Atau kamu jatuh cinta?”.

” Ya benar”, jawab Arimbi tak bisa mengelak.
” Kakang aku jatuh cinta padanya”,
” Arimbi, kalau kamu tidak tega, menyingkirlah, biar aku yang membunuhnya”, kata Arimba.
” Jangan Kakang, jangan membunuhnya. Apa salah dia kepadamu? Kepada kita?”, kata Arimbi.

” Arimbi, sudah sering kukatakan, para pandawa adalah anak dari pembunuh ortu kita. Sebagai anak yang berbakti, kita harus balaskan dendam”, kata Arimba.
” Kakang Arimba, urusan ortu ya urusan orang tua, kita tak perlu campur, apalagi Prabu Pandu sudah meninggal”, jawab Arimbi. Mereka saling adu argumentasi, adu pendapat. Keputusan ada di Arimba.

“Jangan ribut. Menyingkirlah aku akan bunuh Bima”, kata Arimba tak bisa ditahan keinginannya.
Pertengkaran mereka dengan ucapan didengar prajurit pandawa, dan ada yang lapor ke para pandawa.
Para pandawa yang menerima laporan itu, segera menuju ke tempat Arimba berada, sebab jika Arimba sampai masuk ke daerah kerajaan Mertani, dikhawatirkan akan merusak bangunan dan tanaman yang ada di sana, kalau terjadi perkelahian, lebih baik di tengah hutan saja.

Kini kedua belah pihak saling menuju ke tempat musuhnya masing-masing dengan siaga perang. Bersambung Jum’at depan……. (Widartoks 2017; dari grup FB-ILP)-FR

Catatan : Bagi yang belum paham atau lupa arti gambar gunungan terbalik, silahkan baca sajian berikutnya (FR)

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close