Cerita ‘Waktoe itoe’-Bertemu hantu
// Cerita ‘Waktoe Itoe’ ini cerita tentang Indonesia di waktu yang lalu. Kita batasi paling tidak 40 tahun yang lalu ya. Anda juga sangat ditunggu cerita pengalamannya. Cerita bisa apa saja, pokoknya menarik. Bisa juga ambil cerita sendiri, orang tua, kakek-nenek, guru, dsb. //
Jaman dulu, hantu itu banyak jumlah dan jenisnya. Hantu di sini maksudnya makhluk halus yang menampakkan diri di depan manusia. Kalau yang tidak menampakkan diri, tidak dibahas di sini. Jaman kecil, saya tinggal di desa agak jauh dari kota. Waktu itu di desa belum ada listrik, maka kalau matahari sudah tenggelam suasana jadi sepi.
Suara2 hampir tidak ada. Ada suara terdengar itu kalau ada hajatan di rumah seseorang, ada perkumpulan kesenian yang sedang berlatih. Itupun hanya terdengar tidak jauh dari sumbernya. Kalau ada suaranya yang sampai kampung lain paling suara bedug atau gong, yang terbuat dari logam maupun dari kayu dan kulit binatang.
Selain itu ada suara kentongan dan bedug di masjid, namun hanya berbunyi saat waktu mau salat saja. Di malam hari kadang ada kentongan yang dipukul petugas ronda, namun paling banyak hanya dipukul satu jam sekali.
Suatu malam saya yang masih kecil berjalan bersama bapak saya, meninggalkan desa menuju desa lain. Begitu tiba di jalan yang berada di tengah persawahan, tiba2 di sebelah timur di atas desa yang berjarak 1 Km ada benda bulat seperti bola namun menyala atau membara, jadi warnanya merah bara.
Benda itu muncul dari bawah bergerak vertikal ke atas. Tidak lama setelah naik dan berada di atas kampung itu, benda itu turun lagi lalu menghilang. Saya tahu karena saat kejadian tangan saya digamit bapak , lalu beliau menunjuk ke benda itu. Maka kami berhenti berjalan dan mengamati benda itu. Ternyata benda itu hanya muncul sebentar saja dan tidak muncul lagi. Kami lalu melanjutkan perjalanan.
Saya bertanya kepada bapak saya, apa benda itu. Beliau menjawab “kemamang”. Sampai lama setelah kejadian itu saya masih berfikir itu hantu apa fenomena alam saja? Namun saya cenderung mengatakan itu adalah fenomena alam saja, entah apa.
Lalu benda yang nampak berada di atas kampung lain itu bisa saja jaraknya lebih dekat atau malah lebih jauh yang berarti bendanya lebih besar. Yang namanya hantu saya melihat dengan jelas yang hanya sekali itu.
Kakak perempuan saya juga pernah melihat hantu. Waktu itu dia pulang sekolah siang dari kota. Namanya sekolah siang, pulangnya ya sudah sore atau mulai malam. Itupun ditempuh dengan berjalan kaki. Dari sekolah sampai pinggir kota satu jam berjalan.
Dari pinggir kota ke desa, melewati “bulak” atau jalan yang di kanan kirinya tidak ada rumah sekitar 1 Km, lalu jalannya menurun sepanjang 500 meter ketemu jembatan di atas sungai. Jalan naik lagi 300 mt baru ketemu rumah. Di dekat sungai ini banyak tumbuh pohon bambu. Ingat jaman itu belum ada listrik, jadi suasana gelap. Maka di jalan sekitar sungai itu terkenal banyak hantunya.
Ceritanya kakak sendirian, sampai di jembatan, di salah satu sisi jalan dia melihat api kecil2 banyak dan ber-gerak2, menggoda kakak. Kakak saya tahu itu hantu yang bernama banaspati. Anehnya dia tidak takut. Mungkin karena tiap hari melewati jalan yang sama, atau mungkin juga terpaksa sebab kalau toh mau berteriak juga percuma, tidak ada yang mendengar dan menolong.
Untuk diketahui di daerah saya hantu kemamang dan banaspati ujudnya api kecil saja dan mereka hanya menakuti tidak pernah membuat celaka, misalnya melukai, membuat sakit atau lebih dari itu. Bedanya kemamang dan banaspati, kalau kemamang (bola) apinya hanya satu, kalau banas pati banyak.
Itu adalah contoh yang kami alami. Kalau teman, saudara lain banyak yang punya pengalaman bertemu hantu. Anda punya pengalaman bertemu hantu? Lebih seru? (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR