Pengalaman Anggota

Wisata Bandung: Indah-Ilmiah-Murah-Mudah

Beberapa hari lalu saya dan istri mengajak jalan2 kemenakan yang datang dari Salatiga. Tujuan wisata, wisata bagian kota Bandung. Kemenakan ini siswa SMA. Perlu saya sebut sekolah, maksudnya : Pertama, dia sudah besar, kuat diajak jalan kaki lebih dari satu jam, kalau balita (harus menggendong). Kedua dijelaskan begini dan begitu nyambung-mengerti.

Kami berangkat pagi berpakaian OR-santai. Parkir di Jalan Japati depan Kantor Telkom, jam 7.30. Di depan kantor ini ada taman yang indah dan cocok untuk jalan pagi. “Ah nanti saja jalan kaki di situ”, kata saya. Kami ke tempat lain dulu.

Kami jalan kaki 50 mt ke selatan, ke Lapangan Gasibu. Lapangan ini bagus, rapi dan bersih gratis. Maka tiap hari banyak orang ber-OR atau sekedar cuci mata, ber-rekreasi bersama teman atau keluarga. “Jogging track” dicat warna biru, elok. Di pinggir lapangan banyak taman nan indah.

 

Maka selain sehat di badan, juga sehat di mata. Yang selfi-selfi juga banyak. Oh ya, lapangan ini berada di depan Gedung Sate, tempat Gubernur Jawa Barat berkantor. Jadi dari lapangan ini bisa berfoto ria dengan latar belakang Gedung Sate yang merupakan ikon Kota Bandung.

Dinamai Gedung Sate karena di puncak gedung ada seperti satu tusuk sate besar dengan jumlah “daging” 6 buah. Yang ditusuk bukan daging tapi buah jambu air. Enam buah menggambarkan gedung yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda mulai 1920 ini, biayanya 6 juta gulden. Anda bisa menghitung jadi berapa rupiah ?

Soal lapangan Gasibu yang juga menjadi ikon Kota Bandung ini, banyak orang tidak tahu bahwa nama Lapangan Gasibu ini sebenarnya singkatan dari Lapangan GAbungan Sepakbola Indonesia Bandung Utara. Setelah keliling Lapangan Gasibu, kami ke Taman Lansia yang 100 mt ke selatan. Taman ini penuh pohon2 besar, sehingga di bawahnya nyaman, sejuk dan penuh oksigen.

 

Maka tidak heran tiap hari banyak orang “jogging” atau sekedar jalan2 di sini. Tempat selfi juga banyak. Selain “jogging track”, di taman ini ada “batu injak” untuk refleksi kaki, kolam ikan dan bangku2 besi dan kayu untuk “kongkow-kongkow”. Maka orang bisa betah dan lama berada di taman ini.

Taman Lansia ini terdiri 2 bagian, bagian utara dan selatan dipisahkan Jalan Ciwulan. Masing2 bagian taman “jogging track”-nya sekitar 300 mt. Kini taman bagian selatan direnovasi, jadi sementara belum bisa dipakai, kecuali nekat, area jalan kaki agak rusak / dalam perbaikan. Kalau sudah jadi, akan sangat indah, karena sedang dibangun kolam2 ikan di sana.

Di Taman Lansia ini banyak lokasi ber-selfi, misal di atas jembatan, di “jogging track”, di bangku kayu, berlatar belakang pohon besar, dan satu lagi di depan patung dinosaurus T Rex. Lanjut Kami jalan ke Museum Geologi di seberang taman ini. Museum ini buka Senin-Sabtu dengan tiket Rp 3000 / orang. Murah meriah.

Museum ini lebih bagus dibanding sekain tahun lalu ketika saya ke sini. Di museum, sekarang banyak video dan dua layar besar (salah satunya tiga dimensi) untuk menggambarkan berbagai hal, seperti : Terjadinya bumi, terjadinya gunung berapi dsb. Jadinya lebih informatif dibanding jika hanya melihat foto dan keterangan saja.

Di museum ini banyak hasil tambang terutama bebatuan tambang : Batu granit, safir dsb. Ada juga fosil tengkorak manusia. Kerangka binatang “jaman dulu” seperti dinosaurus, kerbau purba dll. Sangat cocok untuk anak sekolah, SD ke sampai mahasiswa, dan ortu. Kalau anak TK ke bawah kurang cocok, mereka belum mengerti.

Selesai keliling Museum Geologi kami kembali ke depan Kantor Telkom, ternyata jam 10. Wah, lama juga kami berkeliling, 2,5 jam. Akhirnya kami tidak jadi jalan kaki di taman depan Kantor Telkom, capek. Kami cari makan di depan Kantor Telkom. Pilihan jatuh ke Lo Mie yang tidak ada di Salatiga. Lo mie yang dijual di bawah tenda ini berwadah mangkok, antara mie ayam dan bakso.

 

Isinya selain mie, juga kangkung (bukan sosin atau kol), taoge, ayam suwir sedikit dan bakso bulat. Kadang ada pangsit. Kuahnya mirip kuah bakso, namun ada campuran aci, jadinya lebih kental. Lalu ada taburan bawang goreng, ebi dan kerupuk kulit. “Maknyusss”. Harga per porsi 16 ribu rupiah saja.

Soal makanan di sekitar daerah yang kami lalui tadi banyak makanan sarapan dan makan siang, seperti : Kupat tahu, sate, serabi, ayam goreng, soto dan banyak lagi. Harganya? Ada yang murah, yaitu yang berjualan di tenda, gerobag atau pikulan. Kalau yang berada di rumah ya relatif mahal, sebab sewa rumahnya bisa puluhan juta rupiah setahun.

Di sebelah Taman Lansia tadi ada penjual youghurt legendaris yang saya tahu persis, paling tidak sudah sejak tahun 1970-an. Harganya, seperti saya sebutkan di atas, karena berada di rumah ya agak mahal. Satu gelas berkisar 20-30 ribu rupiah.

Demikianlah wisata kota di Bandung dengan mengunjungi beberapa tempat nan indah, ilmiah, mudah dan murah. Selesai berwisata, pikiran cerah sumringah. Anda mau mencoba? Cobalah . . (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close