HUT Telkomsel ke-22 Memajukan negeri-Untold story behind the history
Jumat 14/7/17 malam. Jakarta bercuaca cerah, sejuta bintang di langit bersinar manja dirayu angin yang semilir penuh gairah. Di ballroom Hotel Ritz Carlton, PP SCBD, Telkomsel menyelenggarakan HUT ke-22.
Bila revenue Telkomsel saat ini setahun Rp90 Triliun, maka berarti isi kasnya bertambah Rp250M/hari.
Sementara 4 telco seluler lain megap2 kekurangan oksigen. Tahun 2017 Telkomsel menatap pemasukan di atas Rp100T. Ini berarti 3x lipat dari kemampuan induknya. Rahasianya? Karena mayoritas kita semua pelanggan setia Telkomsel. Pada HUT Telkomsel kali ini Menpar Arief Yahya menyampaikan pidato inspirasional; ada acara NextDev Academy dan hiburan Merah Putih.
Saya membagi proses kelahiran Telkomsel 3 tahap. Episode I adalah Pilot Project GSM Batam-Bintan (PP GSM BB) saat saya menyandang sebagai KaPro Sistem Telepon Kendaraan Bergerak (STKB). Episode II adalah heboh rebutan saham pra-Telkomsel; dan ke-III tahap PT Telkomsel usia muda 1995 -1998.
Episode pertama dimulai tanggal 14/7/1993 Menristek BJ Habibie meng-ACC sistem GSM sebagai standar sistem seluler Indonesia. Disposisinya ditulis di atas sehelai kertas yang memuat ringkasan hasil studi banding STKB. Sebuah keputusan brilian dan hebat.
Saat ini? pasti tak seorang Menteri berani memutuskan sesuatu tanpa legalitas Kepmen. Dengan “penetapan” itu, mulailah PP GSM Batam-Bintan di bawah supervisi Depparpostel. Perlu perjuangan keras Telkom meyakinkan Menparpostel Joop Ave (alm) bahwa Telkom-lah yang berhak melaksanakan proyek ini.
Alhamdulillah dalam 50 hari tanpa libur, Tim STKB mampu menyelesaikan proyek pada 31/12/1993.
Setelah ProSTKB menyelesaikan persyaratan internasional, pada 2/9/1994, mewakili Menparpostel, Menristek/Ka Otorita Batam BJ Habibie meresmikan Proyek GSM Telkomsel Batam-Bintan. Dengan momen itu pak Habibie menuntaskan perannya pada lintasan sejarah PT Telkomsel. Terima kasih, pak. Salam hormat.
Episode II, ini mirip kisah “papa minta saham” yang kemarin. Dengan alasan persiapan IPO di bursa New York 1994, dengan dukungan Depparpostel, Indosat mencoba mengakali saham Telkomsel 50%. Tampil sebagai dewa penyelamat Telkom adalah MenKeu “Mr. Clean” Mar’ie Muhammad (alm).
Tanggal 31/8/1994, tanpa ragu beliau menetapkan Telkom adalah pemegang mayoritas saham 51% dan Indosat 49%. Sementara itu Tim STKB terus melakukan ekspansi di beberapa provinsi di Sumatera.
Setelah IPO Indosat listing, melalui lobby tingkat langit, tanggal 2/11/1994 PT Telekomindo Primabhakti datang memaksa berinvestasi di Telkomsel dan minta saham 50%. Situasi jadi khaos, karena Telkom akan dilusi jadi 25,5% dan Indosat 24,5%. KaPro STKB membandel dan menyembunyikan file Telkomsel.
MenKeu Mar’ie untuk kedua kalinya mengeluarkan SK yang isinya agar pembentukan PT Telkomsel dengan komposisi Telkom-Indosat direalisasikan dulu. Hormat dan apresiasi kepada pak Mar’ie, karena keteguhan beliaulah maka Telkom kita memiliki saham mayoritas di Telkomsel. Chief RA dan Ahmad Santosa tahu persis lika-liku kisah ini.
Pat-gulipat dan polemik perebutan saham Telkomsel akhirnya selesai. Tanggal 22/5/1995, MenKeu sebagai “pemilik BUMN”, mengeluarkan SK, menetapkan susunan Komisaris dan Direksi PT Telkomsel. Empat hari kemudian dilakukan prosesi pembentukan dan itu hari lahir Telkomsel, Jumat 26/5/1995.
Bagi saya pribadi, Mar’ie Muhammad adalah the real hero. Berkat integritas beliau, PT Telkomsel anak perusahaan dari dua BUMN (Telkom dan Indosat) akhirnya terbentuk. DirKeu Telkom saat itu, pak Muljo, adalah saksi hidupnya.
Di episode ketiga, Dirut Koesmarihati banyak memberikan dukungan ketika saya selaku Diryasa memimpin pembanguan Telkomsel di Provinsi2 NKRI. Hambatan kegiatan penggelaran di area rural dan IBT justru datang dari manajemen pemegang saham (Telkom, Indosat dan PTT Belanda).
Tapi Menko Polkam Jenderal (purn) Susilo Soedarman yang mantan Pangkowilhan IBT memberi angin dengan kebijakan “go to east”-nya. Saya ikuti filosofi kavaleri beliau: Tank tempur hanya kenal maju dan menyerang. Plus diilhami semboyan Kopassus: Lebih baik pulang nama daripada gagal menyalakan BTS;
Telkomsel muda menuntaskan tapak coverage nasional Sabang-Merauke (termasuk Timor Timur yang akhir Agustus 1999 lepas percuma). Semua terhampar bagai karpet Nusantara dalam waktu kurang dari 2 tahun. Sejak mula Telkomsel pantang jadi operator pecundang yang hanya memiliki cakupan “tapak jinjit” dengan menyasar pelanggan di bilangan kota saja.
Pengorbanan acap bermakna korban dalam arti apa adanya. Dengan dalih over coverage dan over capacity versi Belanda, di hari Jumat 31/7/1998 seluruh Direksi Telkomsel first era digusur habis. Namun apa yang terjadi kemudian? Tahun 2002 investor Belanda malah profit taking melepas sahamnya ke Singtel;
Dan nyatanya kekuatan utama Telkomsel sekarang intensitas coverage layanannya yang meng-Indonesia Raya. Kunci sukses Telkomsel adalah komitmen kebangsaannya, coverage NKRI dan inovasinya sejak lahir. Sejarah tak ubahnya cinta, dia tetap terdengar dalam keheningan, terlihat dalam kegelapan dan terasa hangat dalam kejauhan.
Di ruang acara yang semarak belum usai. Saya ingat sahabat2 pertama mengudarakan GSM Telkomsel di P-Batam. Sebagiannya telah pergi dan tak akan kembali. Di alam baqa sana tentu mereka bangga karena perjuangannya meniscayakan Telkomsel sebagai Pandu Bendera Seluler Indonesia terwujud. Bila yang lain melupakanmu, biarkan diriku setulusnya mengingat dan mendoakanmu. Aamiin YRA.
Tugas generasi penerus sekarang adalah merebut kembali saham Telkomsel dari pihak asing. Ayo! Demi bangsa dan negara, di era Nawacita Presiden Jokowi, kiranya nothing is impossible. Bila PT Free Port yang Amerika bisa, mengapa tidak dengan Telkomsel?
Dirgahayu Telkomsel 22 tahun. Saya orang Indonesia! Saya pakai Telkomsel!
Salam, garuda sugardo, SCBD Jakarta, 14 Juli 2017 di anjak malam. (Sebagian adalah petikan dari buku “Garuda Sugardo Mobile”)-FR