Kok bisa ya?-Kalau lesehan di peristirahatan
Lebaran yang lalu Pak Johar mudik. Pulangnya, berangkat dari Salatiga jam 10 pagi. Mampir di Semarang dan dari sana lanjut kembali perjalanan ke Bandung sekitar jam satu siang. Setelah melewati Kaliwungu, Kendal, Weleri, akhirnya masuk ke jalan tol yang belum jadi mulai dari Grinsing.
Di sepanjang jalan yang belum jadi ini banyak tempat istirahat sederhana, darurat dikelola penduduk setempat. Namun malah bagus, karena justru relatif bersih dan murah. Pak Johar dan keluarga sempat istirahat sebentar, untuk keperluan ke kamar kecil dan membeli kopi dan gorengan.
Lumayan, buat mengisi perut yang lapar setelah menempuh perjalanan jauh, apalagi nampak bersih dan beru saja digoreng. Makanan kecil ini cocok, sebab jika makanan berat, perut penuh, malah berpotensi menjadi mual dan muntah.
Di jalan tol belum jadi ini ada mobil2 mogok kehabisan bensin. Terpaksa menyuruh orang naik sepeda motor, beli entah di mana dan harganya berapa. Salah satu problem berkendara di tol panjang adalah kalau BBM habis, sebab SPBU jarang. Di jalan tol yang belum jadi itu ada 2 Pom Bensin darurat, dari Pertamina. Antrian panjang sebab banyak orang mau mengisi BBM di situ.
Bensin penuh di Salatiga akhirnya mau habis juga, maka ketika sampai di peristirahatan (rest area) setelah kota Cirebon, Pak Johar harus berhenti di Pom Bensin. Karena antrian panjang dan badan capek plus ngantuk, maka kemudi diserahkan ke Bu Johar, sejak masuk area sampai mengisi bensin. Pak Johar berusaha tidur, namun tidak bisa.
Setelah mengisi bensin, Pak Johar bersama istri, putri dan kemenakan istirahat di tempat itu. Mereka pilih istirahat di tukang mie ayam lesehan. Lalu pesan mie ayam, dengan harapan enak dan bisa mengisi perut kosong, sebab sudah menempuh perjalanan 12 jam dari Salatiga. Selain itu juga mata mengantuk dan badan terasa capek. Perlu istirahat.
Duduk lesehan seharusnya nyaman, tapi kali ini tidak, sebab bau uap bensin terasa kuat dan membuat kepala pusing dan perut mual. Sambil menuggu pesanan yang dibuat, untuk meluruskan pinggang (bahasa Jawanya boyok) yang pegal2, Pak Johar tidur tertelungkup di tikar yang disediakan. Lumayan, nikmatnya luar biasa.
Mie ayam hangat datang. Namun, bau bensin membuat mual dan mengacau rasa. Selain itu, alamak, “daging ayam” yang nampak ternyata itu nangka muda, agak asam lagi. Lalu saosnya banyak dan kurang meyakinkan, maka mereka singkirkan. Tapi, . . . mie “ayam” rebus itu dimakan juga walau sedikit untuk mengisi perut kosong terjepit. Diiringi doa semoga tidak sakit perut, terutama ketika masih di perjalanan, belum sampai rumah.
Ketika sudah meninggalkan tempat itu menuju rumah, Pak Johar merasa ada masalah. Dia membaui bau yang tidak sedap dan tidak bisa hilang2. Akhirnya berkali-kali dia oleskan minyak kayu putih di hidungnya agar baunya mengalahkan bau tidak sedap itu.
Apa ya penyebab bau tidak sebab ini? Setelah dipikir, dipelajari dan dianalisa, Pak Johar menduga bau tidak sedap itu berasal dari tikar di Pom Bensin tadi itu. Pak Johar lalu membayangkan, sudah berapa hari tikar itu berada di sana, sudah berapa puluh orang tidur, duduk di sana.
Bau tidak sedap yang mengikuti Pak Johar itu kemungkinan besar, dari bau keringat orang yang tidur di tikar dan menempel di sana yang kebetulan memang keringatnya bau. Sungguh perjalanan yang sangat mengesankan. KBY. Kok bisa ya ? (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR