Geli nikmat (FE 056)
Sesungguhnya saya lagi lumayan sibuk, tapi kalau lama tidak menulis buat para sahabat di WA ini, ada rasa rindu begitu. Kembali tentang orang Jogja yang sering idenya aneh2 kadang bahkan mengejutkan. Seperti yang terjadi di belokan di pinggiran sawah desa Tridadi, beberapa ratus meter di belakang pasar Sleman.
Di tikungan jalan ramai itu, ada selokan dengan kedua bibir temboknya yang cukup lebar untuk duduk. Semula saya tidak terlalu perhatian, namun tiap saya lewat selalu banyak orang duduk berjajar pada kedua sisi selokan yang panjangnya tidak sampai 50 meter itu. Kaki mereka di cemplungkan kedalam air, bergayutan.
Setelah saya perhatikan, ternyata ratusan ikan kecil berwarna hitam berkerubutan memakan kulit tua di-sela2 jari kaki kita. Rasanya geli dan saya hanya mampu bertahan beberapa detik. Namun setelah sambil mengerutkan gigi dan menekan kuat kaki ke dinding selokan lama2 saya kuat bertahan dan barulah bisa merasakan sensasi nikmatnya.
Usai berendam sekitar setengah jam, telapak kaki saya yang semula tidak pernah bersih, menjadi mulus, halus seperti kaki bayi. Semula selokan yang airnya cukup deras dan jernih itu dipakai oleh seorang penduduk untuk menanam ikan-ikan nila, gurame dan lele.
Kemudian pemilik ikan yang dermawan itu sengaja menambahkan sekitar lima belas kilogram sejenis ikan penyuka kulit mati yang kemudian hidup damai bersama dengan ikan-ikan lokal yang sudah ditanam sebelumnya. Pada kebun Sengon disisi kolam, ditancapkan papan sederhana : GRATIS.
Nah silahkan mampir, perkara resiko hygenis-nya saya tidak tanggung. Wallahu a’lam bishawab.
(sadhono; dari grup WA-VN)-FR)
** Respon dari SSA
Serupa tapi beda tempat, kalau lagi ke Garut, menjelang Tarogong, ada masjid dikiri jalan. Tak sengaja saya mampir untuk sholat dzuhur, masuk ke halaman belakang dan melihat anak2 asyik duduk dipinggirnya sambil ketawa nyengir2. Kakinya yang masuk air ternyata dikerumuni ikan hitam kecil kecil.
Benar kata p Sadhono, kerumunan ikan itu “mencium” telapak kaki mereka , menggerogoti kulit kulit keras (kapal) ditelapak kaki. Kontan, saya ikut mencelupkan kaki, lupa tujuan mau wudlu sesaat, dan
tiba tiba takut membayangkan kalau tercebur seluruh tubuh kedalam kolam.
Bagaimana pula dengan burung kesayangan, bisa bisa habis disantap meteka, hiiiiiii tatuuttt. ; (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR