Kesehatan-Kalau OR Memaksa-Ada Alarmnya
Pak Waras punya teman, umurnya(40-an), tiba2 wafat ketika main badminton beberapa tahun lalu. Tahun lalu teman Pak Waras yang lain meninggal saat sepedahan dari Jogya-Temanggung. Tak lama ada yang wafat saat touring dengan sepeda motor. Mereka sehat dan belum begitu tua, belum pensiun.
Penyebabnya? Ya waktunya menghadap, begitu. Yaah, kalau jawabnya gitu ya sudah, titik. Namun kalau dilihat secara kesehatan, kita bisa analisa dan hindari. Mungkin penyebabnya memaksakan diri. Padahal tubuh mengeluarkan alarm. Lho, apa bisa?
Mari kita lihat dengan analogi. Apa yang terjadi kalau kendaraan (mobil atau sepeda motor) manual, di gigi satu digeber kecepatan 70 km/ jam? Mesin akan panas dan lama-lama akan jebol (“secher”-nya).
Apa tanda mesin panas? Ada indikator panas (C-H). Juga indikator RPM, jika jarum rpm ke kanan dan di zona merah, itu tanda putaran mesin terlalu tinggi. Berakibat mesin panas dan bisa jebol. RPM (rotasi per menit) tinggi itu artinya mesin berputar cepat (dari normal) dan membuat ruang bakar mesin jadi sangat panas. Bahan2 jadi mengembang dan lembek, karena bergesekan, lama2 aus, rusak, jebol.
Tubuh manusia juga begitu. Ada indikator RPM “mesin” tubuh kelewat kencang dan membahayakan. Denyut nadi menunjukkan jantung memompa darah mensuplai oksigen ke tubuh. Jika ber-OR, tubuh perlu banyak oksigen, maka jantung memompa lebih cepat, denyut nadi makin kencang. Denyut terlalu kencang artinya jantung kerja berat dan lama2 “jebol” seperti cerita mesin.
Dalam posisi istirahat denyut nadi per-menit 60-100. Kalau 60 itu jantung kerja santai. Mengapa? Karena saluran darahnya normal. Makin tinggi dan mendekati 100, itu berarti keadaan istirahat saja jantung bekerja keras. Kenapa?
Karena saluran darah tak bersih, ada kotoran, kebanyakan kolesterol atau lemak, sehingga jantung perlu memompa lebih cepat (disertai dengan kuat juga). Kalau denyut nadi keadaan istirahat 100 atau lebih. Itu jantung sudah bekerja keras. Jangan se-kali2 OR berat, termasuk lari atau jalan cepat.
Kapan berhenti ber-OR dan istirahat? Jika denyut nadi kelewat kencang. Rumus yang mudah diingat denyut nadi maksimal = 220 – Umur. Kalau umur 65, denyut nadi maksimal = 220 – 65 = 155/menit. Jika umur 40, denyut nadi maksimal = 220 – 40 = 180/menit. Jangan lewati batas ini. Anda bisa ukur denyut nadi bukan?
Jadi, jangan paksakan diri ber-OR. Rajinlah mengukur denyut nadi, sebelum ber-OR, saat ber-OR dan jangan melebihi batas. Akibat fatal terjadi karena orang paksakan diri dengan alasan :” Sebentar lagi sampai kok”. Padahal saat itu denyut nadi “alarm”, pertanda jantung kerja keras melewati kemampuan.
Kalau denyut nadi belum2 sudah tinggi? OR sedikit2 tapi sering. Misal denyut sebelum OR 100 (sudah tinggi). OR ringan, amati selalu denyut nadi, jika sudah batas maksimum, berhentilah dan istirahat. Nanti ulangi lagi. Bisa jadi sehari perlu beberapa kali OR agar badan bugar / “fit”.
Badan bugar itu perlu OR cukup, sehingga dicapai nilai aerobik 32 (orang biasa) dan 40 (atlet, astronot dan tentara). OR apa dan bagaimana cara menghitungnya? Saya pernah membahas masalah ini. Kalau perlu pekan depan akan saya tulis ulang. Selamat berolah raga. (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR