Sir Thomas Stamford Raffles (TA 229)
Raffles semula pegawai sipil di East India House di London (1795). Karirnya mulai bersinar ketika ia dikirim ke Penang (1805), karena ketekunan dan kepintarannya, setahun kemudian ia diangkat sebagai sekretaris pemerintah Inggris, lalu jadi wakil pemerintah Inggris untuk negara2 Melayu di Malaka.
Kedudukannya yang tinggi, ketekunannya, hubungannya luas serta minatnya sangat tinggi mempelajari keadaan masyarakat maupun keadaan alam di negeri tropis yang indah ini, melahirkan hal-hal yang menakjubkan.
Ia kemudian mengikuti ekspedisi Gubernur Jendral Inggris di India, Lord Minto, merebut Jawa dari pemerintahan Belanda (1811) dan Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur Jendral untuk jawa dan daerah2 bawahannya. Raffles kemudian mengadakan perbaikan besar2an pada sistim administrasi perpajakan, administrasi tanah, pengadilan, polisi dan statistik.
Karya reformasi administrasi ditulisnya dalam sebuah buku, “Substance of a minute on the introduction of an improved system of the internal management and the establishment of a land rental for the Island of Java” (London, 1814).
Ia memperbaiki kawasan tempat tinggalnya di istana Bogor, bersama istrinya memperindah taman disekitarnya dengan gaya Inggris, mengumpulkan tanaman dan memperindah dengan melepaskan rusa indah dengan tutul putih. Taman disekitar istana Bogor ini cikal bakal Kebun Raya Bogor. Pada awalnya luas Kebun Raya Bogor hanya 47 hektar dan hanya 900 jenis tanaman saja.
Inggris tidak lama di Indonesia, tahun 1816 Raffles harus menyerahkan jabatannya kepada pemerintah kolonial Belanda dan ia kembali ke Inggris. Hasil pengamatannya yang intens pada kebudayaan dan kerajaan di Jawa, dituliskannya pada sebuah buku sangat tebal, “The History of Java” (1817).
Raffles tidak lama di tanah airnya sendiri, ia kembali ke Indonesia dan diangkat menjadi Letnan Gubernur di Bengkulu, yang jajahan Inggris. Disana ia temukan sebuah bunga yang terbesar didunia, “Rafflesiaceae Arnoldi R Br”, 1818. Raffles juga menyulap kota kecil Temasek yang saat itu wilayah kerajaan Sriwijaya, jadi salah satu pelabuhan besar di dunia, Singapura (1818).
Kembali Raffles harus menyerahkan wilayahnya ke Belanda tahun 1824. Ia pulang ke Inggris, dan tak lama kemudian, 1826, ia meninggal pada usia 45 tahun. Tuhan memberikan umur yang pendek kepada Raffles, tapi dia manfaatkan usia yang begitu singkat dengan karya-karya yang begitu monumental dan memberikan manfaat kepada banyak orang.
Waktu adalah nikmat tertinggi dari Allah SWT. Tanpa waktu, apapun yang kita miliki tidak ada gunanya. Sering kali kita dengar orang mengeluh, ‘Ah, saya terlalu sibuk, tidak ada waktu untuk menulis, untuk berbuat ini, itu dsb’. Padahal waktu itu relatif dan hanya Allah SWT-lah yang memilikinya, namun …. apakah kita juga sering meluangkan waktu untuk-Nya? (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR