Digitalisasi dan perhatian terhadap Petani Peneliti
Video ini (https://youtu.be/JQzXRZe946s) tayangan yang memukau tentang Surono Sangat memukau video Danu yang mencurahkan hidupnya untuk kedaulatan pangan dengan menghasilkan bibit2 unggul beras, singkong, dll, dan pupuk kandang.
“Digitalisasi”, justru karena awalnya saya teruskan rencana India siap masuk teknologi 5G tahun 2020, dan memrioritaskan jangkauan digital bagi para petani yang 50% bagian penduduk. Jika digitalisasi didukung cara sosialisasi yang menarik, bagi petani dan pemerintah, maka nasib dari Surono Danu yang idealis dengan bibit unggul berasnya, tidak akan percuma.
Bibit unggul berasnya “Sertani” ditawar sangat mahal yang menggiurkan oleh Thailand, Malaysia, dan negara lain tetapi Surono menolak menjual kepada mereka, sedangkan pesanan dari petani dari seluruh pelosok tanah air sampai Papua, diberikan gratis. Dia kekurangan dana dan lahan.
Karena kekurangan bibit untuk dibagikan, sampai2 jatah makanan nasi anak2nya diganti jagung, meski mereka protes. Selain bibit beras juga dikembangkan bibit singkong yang hasilnya berlipat ganda. Andai sosialisasi didukung pihak2 yang berkepntingan, pemerintah tidak perlu lagi mengimpor lagi.
Untuk kelengkapannya, saya akan muat kembali tentang rencana India, yang telah saya sebarkan lewat berbagai kelompok WA, di bawah ini. “India gearing up with 5G;
https://eandt.theiet.org/content/articles/2018/01/view-from-india-tomorrow-beckons/
India sudah maju dalam infrastruktur pita lebar, a.l. memiliki jaringan tulang punggung Serat Optik kecepatan tinggi (seperti Ring Palapa) yang memfasilitasi akses ke 500.000 desa, 10 tahun lalu. Selain itu ada pusat2 riset 5G dengan kerjasama LN, yang terkoordinasi oleh pemerintah. Karenanya mereka akan menggelar 5G pada tahun 2020 tidaklah mengherankan.
Di sisi lain Indonesia sebaiknya tidak perlu me-niru2 cepat2 menggelar 5G. Dan menyebabkan Indonesia hanya jadi pasar dari perangkat 5G impor saja. Indonesia seyogianya mengintensifkan pada peningkatan kapasitas pitalebar hingga 70.000 desa2nya (100 Mbps – 1 Gbps), selain mempercepat pendirian pusat2 Rriset nasional untuk 5G.
Tanpa jarringan pitalebar hingga pelosok2, dan penguasaan Riset dan Pengembangan perangkat, maka kita hanya mengulangi kesalahan masa lalu, dengan mengoperasikan teknologi baru di kota2 besar yang memperbesar kesenjangan pusat dan daerah, dan menjadi pasar perangkat impor.
Mengenai pengoperasikan 5G sebaiknya dirundingkan mendalam dan meluas dengan koordinasi Kominfo bersama pemangku kepentingan di instansi pemerintah (BPPT, Industri dll), Universitas, pusat2 Riset masyarakat, , para operator, dan industri manufaktur.masyarakat,
Yang dapat ditiru dari India adalah pemeriotasan akses digital oleh para petani yang 50% dari penduduk India. Beberapa negara saat ditanya kerjasama Riset dan Pengembangan 5G menyatakan kesediaannya, termasuk Ketua Asosiasi bidang pengembangan 5G dari RRC saat saya tanya dalam sidang WTDC-2017 di Buenos Aires, Argentina. Salam. (APhD)-FR