Seabad Menara Suar Cikoneng Masih Gagah
Banyak bangunan sisa jaman penjajahan yang masih berfungsi atau menarik untuk dipertahankan. Berikut dari cuplikan dari detik.id saya sajikan dari Wilayah Banten berikut ini : Menara Suar Cikoneng di Anyer, Kab-Serang berdiri gagah meski berusia seabad lebih.
Dibangun (1885), menara itu menandai awal pembangunan jalan Anyer-Panarukan. Mercusuar yang kini berdiri itu menara kedua setelah yang pertama dibangun (1806) hancur tak tersisa oleh letusan Gunung Krakatau (1883). Yang tersisa pertanda pondasinya, jaraknya ±30 mt dari bangunan sekarang.
“Pondasi ini penanda titik nol kilometer atau awal pembangunan jalan Anyer-Panarukan” kata penjaga Menara Suar Cikoneng, Sidik kepada detikcom (28/12/17). Dua tahun setelah letusan Gunung, pemerintah Belanda membangun menara (1885) di bawah raja Belanda Z.M Williem II. Luas area mencapai 16.312 m2.
Menara kedua itu kini berdiri tegak. Tinggi 85 mt, menara itu dari baja tertutup. Fungsinya penanda bagi nahkoda kapal yang berlayar di Selat Sunda. “Saat ini penandaan daratan membantu nagkoda kapal menentukan arah dan posisi kapalnya malam dan siang saat berlayar terutama kapal yang melintas Selat Sunda,” tutur Sidik.
Selain penanda nahkoda kapal, menara bersejarah itu jadi objek wisata andalan. Di menara ada daftar menara suar di daerah2 lengkap dengan keterangannya. Sayangnya, pengunjung dibatasi sampai lantai 2 dan tidak boleh hingga ke puncak menara. Itu karena usia menara lebih dari seabad. Jika dibuka untuk umum, khawatir terjatuh karena tangga yang rapuh jadi alasan larangan itu.
Sebagai ganti kekecewan akibat tidak bisa naik hingga ke puncak. Pemerintah (DitHubla) membangun monumen “Titik Nol Kilometer” di lokasi pondasi awal menara suar sebelum letusan Gunung Krakatau. Monumen itu sebagai pengingat bahwa pembangunan jalan Anyer-Panarukan makan ribuan korban jiwa dan kejamnya kolonial Belanda. (asp/asp; M. Iqbal)
Monggo lengkapnya klik aja : (http://detik.id/VpyMRr)-FatchurR