Tradisi lebaran Nusantara-(2/3)
(travel.kompas.com)-Sri berikutnya : 3-Sungkem Tlompak di Magelang
Tradisi yang diikuti masyarakat lereng barat Gunung Merbabu ini dilakukan sebagai bentuk syukur atas ketersediaan air di mata air Telompak di Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang
Mereka menggelar kesenian tradisional “Campur Bawur” di mata air itu setelah selesai berdoa dan memasang sesaji yang dipimpin juru kunci. Kompas.com (14/09/10) menulis, mata air Telompak tetap mengalir saat paceklik melanda desa pada (1932). Air yang melimpah membuat warga bertahan menghadapi krisis itu. Warga mengungkapkan rasa syukur atas air yang tetap ada dengan cara itu.
4-Ngejot di Bali
Meski umat Muslim bukan warga mayoritas di Bali, Hari Idul Fitri dirayakan dengan meriah di Pulau Dewata ini. Lewat tradisi Ngejot, Nyama Selam (sebutan untuk saudara dari kalangan Muslim) akan memberi hidangan pada tetangga tanpa peduli latar belakang agama.
Sebagai balasan, umumnya umat Hindu memberi makanan pada tetangganya di Hari Raya Nyepi atau Galungan.
5-Perang Topat di Lombok
Dalam tradisi ini, para warga akan saling melempar ketupat seusai berdoa dan berziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.
Mereka percaya, melempar ketupat akan mengabulkan doa. Perang Topat merupakan simbol kerukunan umat Hindu dan Islam di Lombok, NTB. Peserta Perang Topat adalah umat Islam dan Hindu.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com; dengan judul “Serunya Tradisi Lebaran di Nusantara, dari Aceh hingga Papua”, Penulis : Aningtias Jatmika Kurniasih Budi; Bahan dari :  https://travel.kompas.com/read/2017/06/24/135332127/serunya.tradisi.lebaran.di.nusantara.dari.aceh.hingga.papua)-FatchurR *Bersambung………