Lima Teknologi Pasca Digital
(indotelko.com)-JAKARTA; Implementasi digital dianggap telah berdampak kemajuan bisnis yang signifikan. Namun, beberapa tahun ke depan, adopsi digital tak lagi jadi pembeda yang bernilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan dihadapkan tantangan baru yang disebut era Pasca-Digital.
Laporan Accenture Technology Vision 2019 bertajuk “Era Pasca-Digital Sudah Di Depan Mata; Apakah Anda Siap?”. Teknologi digital memungkinkan perusahaan memahami pelanggannya dengan kedalaman granularitas baru; memberi mereka lebih banyak saluran menjangkau konsumennya; dan mereka bisa memperluas ekosistem dengan mitra potensial baru.
Tapi, adopsi digital tak lagi jadi keunggulan pembeda, hanya pintu masuk saja. Laporan itu memaparkan lima tren teknologi yang akan mendefinisikan kebutuhan bisnis 3 tahun ke depan. Kelima tren teknologi terbaru ini harus dijadikan acuan kalangan usaha agar tidak kalah cepat menentukan strategi bisnisnya di era Pasca-Digital.
Managing Director, Technology Consulting Lead, Accenture di Indonesia Leonard Nugroho keberhasilan dunia pasca-digital yang berkembang didasarkan kemampuan organisasi memberikan personalisasi realitas bagi pelanggan, karyawan, dan mitra bisnis.
“Di Indonesia, organisasi2 bersamaan memprioritaskan pendekatan dalam penyesuaian dan memenuhi permintaan pelanggan untuk menjual produk dan servisnya” paparnya.
Faktanya, 4 dari 5 (79%) atau lebih dari 6.600 eksekutif bisnis dan TI di dunia (80% dari 60 responden di Indonesia, percaya teknologi digital) khususnya jejaring sosial, seluler, analitik, dan cloud-bergerak melampaui silo adopsi untuk jadi bagian dari landasan teknologi inti untuk organisasi mereka.
Menurut Managing Director, Technology, Accenture di Indonesia dunia pasca-digital tidak berarti era digital berakhir.
“Sebaliknya, kami ajukan pertanyaan baru: Karena organisasi2 mengembangkan kompetensi digital, apa yang akan membedakan perusahaan Anda? Di era ini, migrasi ke digital saja tidak cukup. Visi Teknologi kami soroti cara di mana organisasi harus berteknologi baru yang mendorong berinovasi dalam model bisnis mereka dan mempersonalisasikan pengalaman bagi pelanggan mereka.
Mengikuti tren ini, 65% jajaran eksekutif di Indonesia kini bereksperimen satu atau lebih dari teknologi DARQ,” katanya. Lima tren teknologi yang harus diatasi perusahaan jika ingin berhasil dalam lanskap bisnis yang berkembang pesat saat ini:
1.DARQ Power: Memahami DNA DARQ.
Distributed ledger, artificial intelligence, extended reality, dan quantum computing (DARQ) akan jadi rangkaian teknologi baru untuk memicu perubahan langkah, memberi kesempatan bagi bisnis2 untuk menata ulang seluruh industri.
Dari 89% eksekutif yang disurvei sudah bereksperimen dengan satu atau lebih teknologi DARQ. Namun di Indonesia baru 43%. DARQ itu katalisator perubahan, menawarkan kemampuan baru yang luar biasa dan memungkinkan bisnis menata kembali seluruh industri.
Ketika eksekutif2 ini dimintai pendapatnya tentang urutan teratas teknologi DARQ yang harus diadopsi dan berdampak terbesar pada organisasi mereka 3 tahun ke depan, 41% menunjuk AI lebih dari 2x lipat dibanding jumlah teknologi DARQ lainnya.
2.Get to Know Me:
Membuka keunikan konsumen dan beragam peluang. Interaksi yang didorong oleh teknologi menciptakan identitas teknologi untuk tiap konsumen, kunci memahami generasi konsumen berikutnya, dan menghasilkan hubungan yang bersifat individual dan didasarkan pada pengalaman.
Empat dari 5 eksekutif (83%) setuju demografi digital memberi organisasinya cara baru mengidentifikasi peluang pasar untuk kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi. Di Indonesia 97% dari eksekutif yang disurvei.
3.Human+ Worker:
Mengubah tempat kerja atau menghambat tenaga kerja. Tenaga kerja makin jadi Manusia+: setiap pekerja diberdayakan oleh keterampilan dan pengetahuannya, dan dilengkapi rangkaian kemampuan berbasis teknologi.
Saat ini, perusahaan harus mengadposi strategi teknologi untuk mendukung cara kerja baru di era pasca-digital. Hasil survei, ada 71% eksekutif global dan 50% di Indonesia yang setuju karyawan mereka lebih matang secara digital daripada organisasinya, sehingga tenaga kerja harus “menunggu” organisasi mengejar ketertinggalan. Namun yang ragu di Indonesia 30%.
4.Secure Us to Secure Me:
Perusahaan bukan korban, mereka vektor. Jejaring ekosistem bisnis meningkatkan paparan perusahaan pada risiko. Pemimpin2 sadar sewaktu berkolaborasi dengan ekosistem untuk memberi produk, layanan, dan pengalaman terbaik di kelasnya, keamanan juga harus termasuk dalam upaya itu.
Hanya 29% melaporkan mereka tahu mitra ekosistemnya bekerja dengan rajin, seperti mereka, agar memiliki kepatuhan dan ketangguhan berkenaan keamanan. Di Indonesia 7%, tapi tingkat kepercayaannya 82%.
5.MyMarkets:
Memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat. Teknologi membuat dunia memiliki pengalaman2 yang serba dikustomisasi dan sesuai permintaan. Perusahaan harus merekayasa ulang organisasi mereka menemukan dan menangkap peluang2. Sebanyak 85% setuju integrasi kustomisasi dan penyerahan yang real/near time itu gelombang besar berikutnya dalam keunggulan kompetitif. Di Indonesia sama.
Menurut laporan Accenture, inovasi untuk organisasi di era pasca-digital ini melibatkan keingintahuan bagaimana dunia di sekitar orang terbentuk dan pemilihan waktu yang tepat menawarkan produk dan layanan mereka.
Perusahaan ambil langkah pertama mereka di dunia menyesuaikan diri agar sesuai setiap saat-di mana produk, layanan dan lingkungan orang disesuaikan, bisnis melayani individu dalam tiap aspek kehidupan dan pekerjaan, membentuk realitas mereka.
Laporan Accenture juga mencatat perusahaan2 yang masih menyelesaikan transformasi digitalnya sedang mencari keunggulan spesifik, apakah itu layanan inovatif, efisiensi yang lebih tinggi, atau lebih banyak personalisasi.
Tetapi perusahaan di era pasca-digital ini berusaha melampaui persaingan dengan menggabung kekuatan2 untuk mengubah cara pasar bekerja-dari satu pasar ke banyak pasar khusus- sesuai permintaan dan pada saat ini. (wn; Bahan dari : https://www.indotelko.com/read/1551650593/5-teknologi-pasca-digital)-FatchurR *