Iptek dan Lingk. Hidup

Dibalik Tinta Pemilu-2019

(cnnindonesia.com)-JAKARTA, Tinta Pemilu-2019 berwarna ungu digunakan agar tidak terjadi pemilih ganda. Sehingga tinta ini dibuat dengan spesifikasi tak mudah dihapus. Tinta ungu kebiruan ini jadi penanda orang itu sudah mencoblos dan agar tidak curang dengan mencoblos lebih dari satu kali.

Menurut situs Kemenperin, spesifikasi tinta ini mesti melekat kuat pada kuku atau lapisan kulit ari, tidak mudah terhapus air, air sabun dan cairan mengandung klorin, seperti dikutip dari Secure Mark. Menurut Agus Haryono, Deputi Bidang IPTEK LIPI, klorin biasa untuk membunuh bakteri dan menghilangkan noda. Klorin biasa digunakan misal untuk kaporit atau pemutih pakaian.

Sehingga untuk membantu tinta tak mudah hilang, tinta Pemilu pakai senyawa Perak Nitrat (AgNO3). Daya lekat perak nitrat sangat kuat, sehingga tinta yang mewarnai kulit dan kuku tidak mudah hilang.

“Tinta pemilu terbuat dari zat pewarna, dan zat tambahan lain termasuk zat perekat. Biasanya dengan AgNO3 untuk menambah daya lekat tinta terhadap kulit/kuku” jelas Agus lagi saat dihubungi CNNIndonesia (16/4).

 

Pada 2014, KPU menyebut tinta ini hilang dengan sendirinya dalam tiga hari. Tinta mengering cepat dalam 20 detik. Tinta Pemilu tidak perlu melekat pada jari selama sebulan, tetapi cukup antara satu sampai tiga hari karena masa pencoblosan hanya berlangsung setengah hari waktu setempat.

Penggunaan senyawa perak nitrat berpengaruh pada kesehatan, sebab bisa menimbulkan iritasi pada kulit dan mata jika terpercik. Dalam jangka waktu panjang, senyawa ini bisa memengaruhi sistem syaraf. Sebagai langkah pencegahan, maka konsentrasi perak nitrat (AgNO3) dibatasi 4% oleh WHO, seperti disebutkan KPU (2009).

“Menurut WHO ambang batas bahaya, jika konsentrasi Ag NO3 melebihi 4%. Konsentrasi cukup 2%, sudah kuat daya lekatnya,” terang Agus. Terkait berbagai tips menghilangkan tinta pemilu menggunakan losion atau menurutnya memang bisa mempercepat lunturnya tinta tersebut.

“Penambahan AgNO3 umumnya bisa bertahan sampai 3 hari di kulit. Kalau dibantu cuci dengan lotion, bisa mempercepat luntur paling cepat satu hari. Jadi bisa mencegah double voting (pemilihan ganda)” tuturnya lagi.

Penggunaan tinta pemilu tidak hanya di Indonesia, tapi negara2 lain seperti India, Malaysia, Turki, Mesir, Filipina, dan Afganistan, juga pakai metode ini mencegah kecurangan. Penggunaan tinta ini bukan hal baru dalam sejarah Pemilu di dunia. Tinta ini sudah digunakan lebih dari 50 tahun.

Pemakaian tinta ini berawal dari pelaksanaan Pemilu di India. Saat Pemilu pertama India 1950 itu, komisi pemilihan India mengalami masalah besar yaitu pencurian identitas. Ketika itu, banyak pemilih yang menggunakan hak suaranya 2x.

Pemerintah cari cara melindungi kepentingan rakyat India. Hasil studi dari Fallow’s Chemical Society, London, pemerintah diminta membuat tinta sebagai penanda agar tak terjadi kecurangan. Akhirnya, pemerintah India mulai menggunakan tinta ungu saat Pemilu ketiga pada 1962. (eks/eks; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190416104505-199-386750/di-balik-tinta-pemilu-2019)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close