(cnnindonesia.com)-JAKARTA, Melesatnya pertumbuhan penduduk membuat kawasan2 yang tadinya semak belukar, atau hutan, diubah jadi permukiman. Tak berhenti di situ, jalan pun dibangun sebagai akses untuk lalu lalang manusia.
Akibatnya kawasan hutan yang dihuni hewan2 jadi rawan untuk penghuni aslinya. Selain jadi objek perburuan dan stigma sebagai hama, nyawa hewan terancam akibat jalanan yang dibangun. Kasus kendaraan menabrak hewan kerap terjadi di beberapa kawasan, bahkan korbannya tak hanya ukuran kecil. Tupai, rusa, bahkan beruang menjadi korban kendaraan yang melaju.
Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa daerah di dunia mulai memikirkan nasib hewan yang haknya terenggut. Salah satu caranya membangun jembatan khusus, dengan maksud agar para satwa bisa leluasa menyeberang tanpa mempertaruhkan nyawanya.
Mengutip quartz (3/5), ahli biologi dari Universitas Montana, Tony Clevenger, menuturkan hewan2 itu pada dasarnya nyaman dengan lintasan yang menyerupai habitatnya. Karena Itu di jalur trans Kanada yang melintasi area Taman Nasional Banff, dibangun jembatan khusus, didesain serupa kawasan hutan, dengan tanah dan pohon, agar satwa nyaman menyeberang tanpa terhantam kendaraan yang melintas.
Kabar baiknya ide ini tak hanya diaplikasikan di Kanada saja, negara2 seperti Inggris, Brazil, dan AS juga telah membangun jembatan serupa untuk hewan2 di wilayahnya. Sejauh ini jembatan penyeberangan terbesar untuk satwa ada di Kenya, untuk menyeberang gajah. Tak hanya Kenya, Bhutan membangun jembatan untuk jalur perlintasan gajah.
Di Washington, AS, jembatan ini berada di bawah air. Tepatnya dari kawasan gambut hingga sungai Yakima. Ini untuk jalur transportasi hewan yang identik air seperti salamander dan ikan. (agr; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190503093036-269-391566/menyelamatkan-hewan-dengan-jembatan-penyeberangan)-FatchurR *
