Budidaya Mangga Off Season Gairahkan Petani
(republika.co.id)-JAKARTA; Tak banyak yang tahu di Lombok Utara, NTB adalah salah satu sentra besar mangga. Lebih dari 1.500 ha pohon mangga tumbuh subur di kabupaten di sisi utara dan barat Gunung Rinjani itu.
Mutu mangga Arumanisnya diakui sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Agroklimatnya cocok untuk budidaya mangga karena berada di dataran rendah dekat garis pantai sehingga intensitas penyinaran mataharinya optimal. Sentra mangga Lombok Utara mayoritas di Kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga dan Pemenang.
“Kementan melalui Ditjen Hortikultura mendorong penataan kawasan mangga di Lombok Utara. Perlu diatur pola panennya agar harga terjaga, terlebih saat panen raya” ujar Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, saat mengunjungi kawasan mangga di Bayan, Lombok Utara (28/9).
Liferdi bertekad mendorong wilayah jadi Kabupaten Mangga di gugusan Nusa Tenggara, dan memacu pengembangan kawasan hingga mencapai 2.000 ha melalui APBN, APBD dan swadaya. “Sambil ditambah arealnya, ditata kawasan eksisting dengan mengatur panen off seasonnya,” kata Liferdi.
Model kawasan mangga harus ditata dengan pendekatan korporasi : Grand Design Hortikultura 2020-2024 yang kini dimatangkan. Sebagai gambaran, Direktorat Buah dan Florikultura sebagai ‘imam’ menetapkan dan mengatur kawasan pengembangan. Direktorat lain mendukung sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Direktorat Perbenihan mendukung penyiapan benih bermutu, Direktorat Perlindungan mendukung teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura mendukung di lini pascapanen seperti menyediakan gudang pascapanen dan sertifikasi GAP dan packinghouse.
“Dukungan sarana dan prasarana, teknologi budidaya maju, penguatan kelembagaan dan SDM petani hingga fasilitasi ekspor melibatkan eselon 1 lingkup Kementan dan Kementerian/Lembaga terkait lain. Harus ada komitmen dan dukungan konkrit dari Pemda setempat,” tukasnya.
Muhsin, petani dan pedagang mangga dari Bayan mengakui agribisnis di daerahnya menguntungkan. “Saya punya 1.500an pohon mangga, sebagian besar Arumanis. Pemasaran utama ke Jawa, mulai Probolinggo sampai Jakarta. Nyaris tidak ada kesulitan karena mutu mangga Bayan sangat baik” katanya.
Dirinya menerapkan teknologi off season dengan mengaplikasikan NPK dan zat pengatur tumbuh dengan bahan aktif paclobutrazol. Biaya perlakuan itu Rp 150 ribu per batang.
“Kalau satu pohon rata-rata menghasilkan 1 kuintal mangga, dengan harga jual Rp 4.500/kg, maka setiap pohon menghasilkan Rp 450 ribu atau untung Rp 300an ribu per pohon. Jadi sekali musim panen 1.500 pohon kami bisa untung Rp 400 hingga Rp 450 juta. Sangat menguntungkan” ungkapnya.
Musim panen raya mangga di Lombok Utara biasanya November-Februari, hampir bersamaan dengan sentra lain di Jawa. Muhsin bersama petani di Lombok Utara mampu menerapkan teknologi budidaya off season.
“Caranya tanaman diberi perlakuan khusus. Dilakukan Februari, sehingga bisa dipanen bulan Agustus-September. Kalau petani bisa panen di bulan itu, biasanya dapat harga bagus karena daerah di Jawa belum panen. Kami bisa kok atur agar panen mangga berlangsung sepanjang tahun” terangnya.
Tidak hanya berteknologi off season, untuk menghasilkan mangga berkualitas baik, pemeliharaan kebun wajib dilakukan mulai dari pemangkasan, sanitasi kebun hingga pengendalian hama dan penyakitnya.
“Kami harap kebun-kebun mangga di Bayan dapat diregistrasi GAP, hingga tidak hanya untuk memenuhi pasar lokal, namun mangga Lombok Utara ini bisa diekspor keluar negeri,” ujar Muhsin optimistis seperti dalam siaran persnya.
(Gita Amanda; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/pyp368423/teknologi-budi-daya-mangga-emoff-seasonem-gairahkan-petani)-FatchurR *