Aku cinta Indonesia

Belajar Dari Italia Akhirnya Melakukan Lockdown

(teropongsenayan.com)- JAKARTA; Jumlah korban wafat karena wabah virus Corona di Italia mencapai 1.441 posisi (14/3/2020), naik hampir 14% dari total 1.266 sehari sebelumnya, menurut otoritas perlindungan sipil.

 

Jumlah akumulasi kasus COVID-19 naik jadi 21.157 dari 17.660. Italia jadi wabah virus corona terparah di Eropa. Menurut badan terkait, 1.966 pasien dinyatakan sembuh dari penyakit ini, yang bermula dari wilayah utara Italia (21/2/20), dibanding 1.439, hari sebelumnya. Jumlah pasien yang dirawat intensif juga bertambah jadi 1.518 dari sebelumnya 1.328 pasien

 

Menurut angka yang dirilis WHO,  sejauh ini Italia merupakan negara dengan jumlah tertular Corona terbanyak di Eropa. Apa yang membuat wabah di Italia banyak memakan korban? Italia pada dasarnya kini bebas dari wisatawan, dengan adanya pembatasan perjalanan ke dan dari negara itu.

 

Tapi ada fakta usia rata-rata populasi adalah yang tertua di Eropa, dengan usia rata-rata 46,3 tahun. Di Eropa keseluruhannya, usia rata-rata adalah 43,1 tahun. Cukup logis, di masyarakat lebih tua, ada banyak orang menderita masalah kesehatan yang ada sebelumnya dan rentan terhadap serangan virus.

 

Di Italia, jumlah infeksi naik cepat sejak awal, lebih cepat dari di Jerman atau Prancis. Penyebaran virus massal adalah risiko yang dimilikinya saat ini. Jika terlalu banyak sakit pada saat yang sama, ada bahaya bahwa tidak semua kasus kritis dapat ditangani dengan tepat di RS karena kekurangan sumber daya.

 

Itu sebabnya fokus di Italia kini memperlambat penyebaran penyakit melalui langkah pembatalan acara besar dan praktik kebersihan lebih tegas. Termasuk meliburkan pertandingan Serie A setelah beberapa pemain tertular virus.

 

Awalnya pemerintah Italia menganggap  seolah-olah wabah itu di bawah kendali, ternyata tidak. Di provinsi Lombardy di Italia utara, virus ini menyebar diam-diam melalui rantai infeksi yang berbeda. Belum jelas siapa pembawa virus ke wilayah ini. Italia Utara adalah rumah bagi pusat ekonomi negara itu dan juga penuh dengan lokasi wisata. Ini menampung banyak pengunjung internasional.

 

Kesalahpahaman ganasnya virus menyebabkan RS tidak siap menghadapinya. Dikutip dari Der Spiegel, ketika seorang lelaki (38) sakit mengunjungi dokter keluarga (Februari), sebelum berkunjung ke RS, dia tidak dites virus karena dia belum pernah ke China. Selama itu, dia menginfeksi beberapa orang yang dia hubungi sebelum diisolasi, 36 jam kemudian. Ia sebagai “Pasien Nol” di media Italia.

 

Kasus yang belum ditemukan sangat berbahaya karena setiap orang yang terinfeksi coronavirus menyebarkan ke rata-rata tiga orang lain. Itu menghasilkan reaksi berantai: dari 3 jadi 9 dan jadi 81 dan seterusnya. Semakin tinggi angkanya, semakin sulit mengendalikan wabah.

 

Italia mengisolasi seluruh negara dan membatasi perjalanan dan pertemuan sejumlah besar orang. Selain supermarket dan apotek, semua toko dan restoran ditutup. Christian Althaus  pakar penyakit menular dari Universitas Bern, mengatakan ke Guardian, ia menganggap lockdown daerah yang terkena penyakit itu sebagai langkah tepat.

 

Kuncinya mengurangi penyebaran dengan mengurangi kerumunan massa, meliburkan sekolah, menutup pariwisata dll. Ingat, jika wabah semakin meluas, maka akan lebih sulit untuk mengatasinya apalagi jika sarana dan prasarana kesehatan tidak mencukupi.

 

(Rihad;  Bahan dari : https://www.teropongsenayan.com/110312-belajar-dari-italia-mengapa-akhirnya-melakukan-lockdown)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close