Psikologi

Bukan Keluarga Biasa(2/6)

(duniaarie.blogspot.com)- 2-Karena posisi orang tua tinggi?

Dari Jateng, menarik juga keluarga sukses dr. Supandji, dokter penyakit dalam di Akmil, Magelang. Supandji melahirkan 5 putra dan 1 putri yang kariernya di atas rata-rata. Anak pertamanya, Hendarto Supandji, pengajar di FK Undip. Lalu, Hendarman Supandji, Jaksa Agung RI.

Hendardji Supandji, pejabat di KASAD; Budi Susilo Supandji, Dekan FT UI, Direktur Kopertis untuk wilayah Jakarta, Dirjen Potensi Pertahanan Dephankam; dan Ongky Supandji, pengusaha. Jadi, keluarga Supandji ada yang di birokrasi, dosen dan bisnis.

Pasangan Sutrepti dan Soemarno (Gubernur DKI dan Menkeu Kabinet Dwikora) melahirkan anak-anak cemerlang. Ada Ari H. Soemarno (Dirut Pertamina), Rini M. Soemarno (Mendag, Presdir Grup Astra, dan pengusaha otomotif), dan Ongki P. Soemarno (pengusaha multibisnis, mantan eskekutif Grup Humpuss). Dua putrinya pilih jadi ibu rumah tangga, tapi anak-anaknya sukses berkarier di luar negeri.

 

Ada yang menilai pantas mereka sukses karena orang tuanya punya posisi tinggi. Namun, harus diingat, banyak anak pejabat yang kariernya tumbuh, sekolah menengah saja tak selesai. Bahkan, anak-anaknya banyak yang kacau.

Di panggung olah raga, kita catat keluarga Radja Nasution yang luar biasa mengantarkan putri-putrinya jadi atlet-atlet renang terbaik. Ada Elfira Nasution, Elsa Manora Nasution, Maya Masita Nasution, Kevin Rose Nasution, dan M. Akbar Nasution. Semua atlet renang papan atas negeri ini dan sudah mewakili RI di berbagai event, seperti SEA Games atau Asian Games.

Di kancah perbulutangkisan, ada keluarga Djumharbey Anwar yang anaknya pebulu tangkis berprestasi. Mulai Markis Kido (peraih emas Olimpiade 2008), Pia Zebaidah Bernadet (anggota pelatnas, penentu kemenangan Indonesia di SEA Games 2007), Bona Septano (pemenang Kejuaraan Dunia Mahasiswa di Eropa). Selain Keluarga Radja Nasution dan Djumharbey, ada keluarga lain yang tak kalah cemerlang.

Di dunia seni, ada keluarga. Pasangan A.R. Juwarno dan Agnes Sumiarsih mengorbitkan putra-putra di dunia musik. Kita tentu kenal Katon Bagaskara, Nugie (Gusti Nugroho) dan Andre Manika, ketiganya putra pasangan itu. Andre Manika pencipta lagu, Katon (KLA Project) dan Nugie artis dikenal karena albumnya sukses di pasar.

Juga, pasangan Jopie Item dan Evi Aziz. Mereka sukses mencetak pelaku industri musik. Sebut saja, Paula Alodya Item (Audy), penyanyi wanita papan atas yang sukses meraih 4 penghargaan AMI Award. Lalu, Stevy Morley Item (gitaris Andra and The Backbone) dan Rinaldi Ramadlan Item (gitaris Hi Gain dan Audy Band).

Selain nama di atas, banyak keluarga sukses lain di Indonesia yang putra-putrinya berkilau. Entah itu berkiprah sebagai profesional bisnis, wirausaha, olahragawan, seniman, birokrasi publik, dan profesi lain. Terlepas dari yang terbilang keluarga sukses, yang menarik mengurai mengapa keluarga itu (orang tuanya) bisa melahirkan generasi atau anak-anak yang sukses seperti itu.

 

Mengapa ada keluarga yang sangat sukses seperti itu, tapi di lain tempat banyak keluarga yang sebagian kecil saja anggotanya yang sukses atau malah tidak ada sama sekali? Apa “gizi” yang diberikan?

Sekali lagi, betapapun, meraih prestasi itu pasti tidak mudah walau semua orang tua menginginkannya. Kita mungkin sepakat kesuksesan keluarga itu tak jatuh dari langit alias bukan sebuah kebetulan. Ada kondisi dan prasyarat yang mengantarkan mereka ke gerbang sukses bersama-sama.

 

“Kalau orang tua saya tidak mendidik saya dengan baik, tidak mungkin saya bisa sampai seperti ini,” ungkap Erry Firmansyah.

Pernyataan Erry mengungkap hal menarik. Ada elemen penting di masa lampau yang mengukir dirinya dan saudaranya hingga jadi modal sukses berkarier di kemudian hari, khususnya di BUMN. Yakni, faktor pendidikan orang tua.

 

Pernyataan Erry ini paralel dengan Malcolm Gladwell, sebagaimana tertuang dalam buku terbarunya Outliers (diterbitkan Litte Brown, 2008) yang jadi perbincangan publik karena mementahkan paradigma orang sukses yang berkembang. Malcolm sebelumnya juga membuat heboh dengan bukunya, Tipping Point dan Blink.

 

(Arie Fiantisca; Bahan dari : http://duniaarie.blogspot.com/2009/08/mereka-bukan-keluarga-biasa.html; Dikutip dari situs http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=8629-FatchurR * Bersambung ………

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close