Iptek dan Lingk. Hidup

Pengusaha Wanita Indonesia Berpengaruh Di Tahun 2020

(merdeka.com)- Tahun 2020 dunia ditantang kondisi pandemi dan mewajibkan penduduk beradaptasi. Tantangan ini berlaku untuk semua kalangan, termasuk pebisnis yang sukses sekalipun. Namun, bukan berarti mempertahankan bisnis di tengah pandemi itu hal mustahil.

 

Forbes merangkum 25 pemimpin bisnis wanita ssukses menunjukkan keberaniannya di  masa sulit ini. Daftar pebisnis di Forbes Asia’s Power Businesswomen yang muncul-2020 ini dari berbagai sektor, mulai bioteknologi, fintech, dan teknologi dalam edukasi (edtech), hingga sektor ritel, logistik dan hukum. Dari 25 daftar ini ada dua putri bangsa yang berhasil terdaftar oleh Forbes.

 

Mereka Nabilah Alsagoff (53) dan Dewi Muliaty (67). Keduanya eksis di dunia bisnis Indonesia sejak dekade lalu. Nabilah berkecimpung di bidang startup digital, dan Dewi berkarya sesuai profil studinya yaitu farmasi.

 

Nabilah Alsagoff

Pada 2005, saat Nabilah mulai membuat situs dengan dewan Pariwisata Bali, dia lihat bank lokal belum mampu memproses pembayaran online. Hal ini memancing dia dan 2 temannya mendirikan Nusa Satu Inti Artha, yang terkenal dengan produk Doku-nya.

 

Sejak saat itu, Doku jadi pelopor transaksi non-tunai di Indonesia melampaui beberapa bank domestik yang selanjutnya menawarkan fitur e-wallet (dompet elektronik). Di 2016, Elang Mahkota Teknologi membeli sebagian besar saham di Nusa Satu dengan harga dirahasiakan. Meski begitu, Nabilah tetap berperan sebagai chief operating di Doku.

 

Prestasi Doku tak sampai di situ. Di 2019, Doku menangani pembayaran Rp 63 triliun yang tumbuh 50 % dari 2018. Hal ini menjadikan Doku sebagai layanan pembayaran elektronik terkemuka. Di 2020 ini, Doku produktif dan berkembang jadi konsultan membantu lebih banyak bisnis untuk bertransaksi online.

 

Dewi Muliaty

Sebagai presdir Prodia Widyahusada, Dewi Muliaty mulai karier bidang farmasi dengan belajar jadi  Apoteker. Saat itu, profesornya, Andi Wijaya (pemilik Laboratorium Klinik Prodia), merekrut Dewi sebagai asisten manajer pada 1988.

 

Singkat cerita, 20 tahun kemudian, Dewi diangkat jadi Presdir dan memimpin ekspansi Prodia secara nasional dengan meningkatkan jumlah klinik dari 107 di 2010 jadi 285 klinik  tahun 2020.   Dewi mengembangkan Prodia dengan meningkatkan pengujian gangguan autoimun serta penyakit lain, dan jadi penyumbang 1/5 dari pendapatan 2019.

 

Prodia sempat mengalami penurunan permintaan yang mendorong penjualan semester pertama turun 18% jadi Rp 657 miliar. Dewi beralih menawarkan pengujian COVID-19 dengan cepat, dapat dilakukan secara drive-thru, di klinik, di rumah, lalu hasilnya akan dipublikasikan secara online.

 

Kisah Dewi maupun Nabilah menjadi tanda bahwa perempuan Indonesia selalu punya kesempatan untuk maju di panggung bisnis dunia.

 

(Reporter Magang: Theniarti Ailin dan bim; Reporter Merdeka; Bahan dari : https://www.merdeka.com/uang/2-pengusaha-wanita-indonesia-paling-berpengaruh-di-2020.html)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close