(Cuolikan dari Indonesiana.id)-Seorang pria tua bijak didatangi pemuda yang menghadapi masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu masalahnya. Pak tua mendengar seksama, lalu ia ambil segenggam serbuk pahit dan minta anak muda itu mengambil segelas air.
Ditaburlah serbuk pahit itu ke gelas & diaduk perlahan, ”Coba minum dan katakan rasanya?” Ujar pak tua “Pahit sekali” Jawab pemuda itu. Pak tua senyum, mengajak pemuda itu jalan ke tepi danau di belakang rumahnya. Mereka berdampingan & akhirnya mereka berdua sampai ke tepi danau yg tenang itu.
Sesampai disana, pak tua itu menaburkan serbuk pahit ke danau itu dan dgn sepotong kayu ia mengaduknya, “Coba ambir air dari danau itu & minumlah”
Saat pemuda mereguk air itu, pak tua tanya lagi, “Apa rasanya?” “Segar” sahut pemuda.
”Apakah kamu merasakan pahit air itu?” Tanya pak tua itu ” Tidak….” Sahut pemuda itu.
Pak tua itu tertawa sambil berkata “Anak muda…” Dengarkan baik2, pahitnya kehidupan sama sperti segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama & memang akan tetap sama.
Tapi “INGAT..” kepahitan yg kita rasakan tergantung dari wadah yg kita miliki. * Jadi saat merasakan kepahitan & kegagalan dlm hidup, hanya satu yg kita dapat lakukan: “Luaskan & perbesar kapasitas hatimu utk menampung tiap kepahitan itu” Hati kita adalah wadah itu.
Jgn jadikan hati kita seperti gelas, tapi buatlah hati kita seperti danau yg besar & mampu menampung setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian
Artikel ini telah tayang dengan judul. Simak asl;inya di : https://www.indonesiana.id/read/150721/air-yang-pahit; oleh Perpus As Syifa; Penulis : Indonesiana
(Diedit dan disajikan ulang oleh : FatchurR) *