Psikologi

Tangkubanprahu dan daya tariknya

Anda tidak segera pulang kampung setelah ber “Rakernas P2tel-2013” dan masih ada persediaan / kelebihan finansial ?, Kalau ya, tidak ada salahnya singgah dan menikmati obyek Wisata di Kabupaten Bandung berikut ini.

 

Gunung Tangkuban Perahu (GTP) terletak di Desa Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar tingginya 2.084 Mt dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat.

 

Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang.

Obyek Wisata Kawah Domas GTP

Selain Kawah Ratu sebagai daya tarik utama, ada obyek wisata lain di lokasi ini. Sekitar 1 Km dari gerbang utama, ada tempat parkir pertama yang ramai. Di situ terdapat Kawah Domas. Anda diijinkan mendatangi kawah ini, karena hanya berupa kawah kecil dengan semburan air panas.

 

Tetapi Anda harus berjalan kaki sejauh 1.3 Km. Di Kawah Domas, Anda bisa memasak telur yang bisa disantap setelah matang dengan cara dimasukkan ke dalam kawah, Anda juga bisa merendam kaki sekedar menghilangkan capek setelah berjalan mengelilingi Tangkuban Perahu.

 

Setelah menikmati Kawah Domas, bisa melanjutkan  perjalanan melihat Kawah Upas yang berada di seberang Kawah Ratu. Pemandangannya sangat asri oleh pepohonan rindang di kanan kiri jalan. Ditempat ini, suasana jalan sepi karena pengunjungnya tidak banyak. Jika lelah berjalan kaki, Anda bisa menyewa kuda dengan harga sewa Rp. 20.000,-.

Banyak pedagang dan kios yang siap menjual makanan, minuman atau cinderamata, mulai dari baju, selendang, topi, gelang/cincin, batu alam, tanaman bonsai, alat musik (angklung) hingga senjata tajam khas daerah Jabar dijual di lokasi ini. Kedai makanan dan minuman tampak berderet.

Salah satu penampilan kesenian tradisional Jawa Barat yaitu Sisingaan dimainkan oleh beberapa orang pria. Kesenian ini menarik minat para wisatawan baik lokal dan mancanegara yang ingin langsung menyaksikannya.

Harga Tiket Masuk
Tiket masuk di obyek wisata saat ini adalah Rp. 12.500,-/orang, Rp. 9.000,-/mobil, Rp. 4.000,-/motor, dan Rp. 17.500,-/bus.

Sajian ini makin lengkap jika anda juga mengenal Legenda GTP

Pada jaman dahulu, di tatar Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi kerta raharja. Tersebutlah sang prabu yang gemar olah raga berburu binatang, yang senantiasa ditemani anjingnya yang setia, yang bernama “Tumang”.

 

Suatu ketika Prabu berburu rusa, namun seharian hasilnya kurang menggembirakan. Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Ditengah kekecewaan tidak mendapat buruan, Prabu dikagetkan nyalakan anjing setianya “Tumang” yang menemukan bayi perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan.

 

Alangkah gembiranya sang Prabu, ketika ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut, mengingat telah cukup lama sang Prabu mendambakan seorang putri, namun belum juga dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi.

 

Alkisah putri Dayangsumbi nan cantik setelah dewasa disunting pria dan dikarunia anak lelaki yang diberi nama Sangkuriang. Anak ini kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga sang Prabu. Namun sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.

 

Suatu saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh hasil binatang buruan.

 

Karena Sangkuriang berjanji untuk mempersembahkan hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak didapatkan, maka Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan kepada ibunya.

 

Ketika Dayangsumbi mengetahui hati rusa yang dipersembahkan putranya adalah hati “si Tumang”, maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala putranya dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang berbekas.

 

Sangkuriang merasa usaha menggembirakan ibunya sia-sia, dan merasa tidak bersalah. Pikirnya tiada hati rusa, hati anjingpun jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang selama hidupnya setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriangpun minggat meninggalkan kerajaan, lalu menghilang tanpa karana.

 

Setelah kejadian itu Dayangsumbi sangat menyesal, setiap hari ia berdoa, memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat dipertemukan dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabul, dan kemurahan sang Hyang Tunggal jualah Dayangsumbi dikaruniai awet muda.

 

Sangkuriang terus mengembara, dan tumbuh jadi pemuda gagah perkasa, sakti mandraguna apalagi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman yang sakti pula, yaitu Guriang Tujuh. Dalam suatu pengembaraan, Sangkuriang tanpa disadari kembali ke kerajaan asalnya.

 

Dan alur cerita hidup mempertemukan ia dengan putri berparas jelita nan menawan, tiada lain putri Dayangsumbi dan Sangkuriang jatuh hati. Demikian pula Dayangsumbi terpesona pada kegagahan dan ketampanan Sangkuriang. Hubungan asmara keduanya terjalin. Sangkuriang dan Dayangsumbi tak tahu keduanya adalah ibu dan anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi.
Namun lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi mengetahui bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat bekas luka dikepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya itu.

 

Setelah yakin Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha menggagalkan pernikahan. Untuk mempersunting dirinya, Dayangsumbi mengajukan 2 syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan batas waktu sebelum fajar menyingsing. Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu besar. Syarat kedua, ia harus membuat danau untuk dipakai berlayarnya perahu itu.
Sangkuriang sanggup, ia bekerja dibantu wadiabala siluman pimpinan Guriang Tujuh mewujudkan permintaan itu. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Ranting dan daun  pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang . Semuanya harus selesai fajar menyingsing

 

Sementara itu Dayangsumbi memohon sang Hyang Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan maksud Sangkuriang memperistri dirinya. Sang Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayampun berkokok dan fajar menyingsing.

 

Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat, ia menendang perahu yang  dibuatnya dan jatuh menelungkup dan menurut legenda menjadi Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit membentuk danau Bandung.

(http://tina-tinu-wisata.blogspot.com/2013/03/taman-wisata-gunung-tangkuban-perahu.html) dan (http://www.indospiritual.com/artikel_legenda-gunung-tangkuban-perahu.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close