Kiat jadi pasien efektif(3)
Berikut kutipan dari Dr Handrawan Nadesul; 14/11/2015; yang menguraikan bagaimana kita peserta Yakes memahami dan sekaligus mematuhi ketentuan (KD) yang bertalian dengan pemeliharaan kesehatan kita. Artikel ini kami potong menjadi 10 segmen, agar tidak terlalu panjang.
Hanya karena kurang efektif melakukan peran sebagai pasien, ada kemungkinan tambahan ongkos tak perlu yang mesti pasien bayar atau menambah panjang penderitaan. Selain belum tentu keluhan hilang, dan penyakit sembuh. Untuk itu sedikitnya perlu sepuluh kiat, bekal menjembatani gap kompetensi Anda sebagai pasien dengan dokter pada setiap kali Anda sedang memerlukan bantuannya. Silahkan lanjutannya (seri 3) :
3.Pasien punya hak bertanya resep obat
Supaya dokter tidak royal menulis resep, pasien perlu kritis. Kata nenek saya, dokter bertangan dingin itu yang menulis resepnya sedikit. Makin panjang resep ditulis, memperlihatkan semakin tinggi ketidakmampuan dokternya. Maka tanpa perlu merasa takut dibentak, atau disemprot dokter, pasien yang berani bertanya sebetulnya membantu dokter agar lebih ringkas menulis resep,dan cermat memilihkan obat.
Siapa tahu dokternya lagi mengantuk, atau ingat pabrik obat merk tertentu, dengan banyak ditanya, mulai mengingat kembali pesan gurunya: jangan racuni tubuh pasien dengan seabrek obat (polypharmacy), sebab perut pasien bukan apotek. Dengan banyak bertanya pasien tahu bukan saja memahami maksud dokter memberi obat tertentu.
Melainkan juga bagaimana obat bekerja, dan kapan kesembuhan akan pasien terima. Sekaligus juga mengecek, apakah dokternya tidak serampangan saja memberi obat seingat yang ada di perutnya. Siapa tahu obatnya tidak cocok dengan kondisi pasien (kocek Yakes dan tubuhnya).
Siapa tahu dokter salah menulis aturan pakai, atau mengeja huruf, sehingga pasien pria diberi pil KB istrinya, atau orang lagi duduk di bus tertiup angin saja gampang tidur malah diresepkan obat tidur. Atau siapa tahu dokter mulai budek mendengar keluhan, sehingga keluhan sakit perut diresepkan obat ayan.
Dengan rajin bertanya pasien juga siap tahu seperti apa efek samping obat yang diterimanya, apa bahayanya kalau obat tidak diteruskan, atau kapan obat perlu distop, dan apa yang kemungkinan bakal terjadi setelah obat dikonsumsi bila ternyata tak cocok.
Kasus alergi obat, jangan dianggap remeh kalau sampai bikin kulit sekujur badan melepuh. Maka pasien boleh menolak obat, kalau dari pengalaman sebelumnya ia tahu itu bisa membahayakan dirinya. (Rizal Chan dari grup FB-ILP; sumber dari Dr Handrawan Nadesul; 14/11/2015; http://herbal-tahitiannoni.blogspot.co.id/2015/01/cara-menjadi-pasien-yang-efektif-baik-dan-bijaksana.html)-FR