Renungan Untuk Para Orang Tua(2/3)
(Dari Seminar di Kemang Village, Jakarta; Pembicara: Elly Risman, M.Psi-Yayasan Buah Hati); Ikuti terus lanjutannya berikut ini : • Ponsel.
Video-video seks tersebar dengan mudah melalui ponsel.
Kapasitas ponsel yang besar memungkinkan pemilik menyimpan file2 ukuran besar seperti video dan gambar porno. Anak Anda bersih? Bisa jadi dia dapat kiriman gambar/video dari temannya.
Sang Pembicara, Ibu Elly, pernah didatangi ibu yang syok karena menemukan gambar vagina seseorang di HP-nya. Setelah ditelusuri, itu milik temen sekolah putranya, yang sering meminjam HP beliau.
- Televisi.
Program TV yang pantas ditonton bisa dihitung dengan satu tangan. Lainnya program pembodohan, hantu, kekerasan dan pornografi. Jangan salah, iklan bisa menyesatkan. Jangan anggap enteng sinteron/film Korea/Jepang. Lama2 anak bisa ‘tercuci otak’ dan biasa dengan kekerasan atau seks bebas.
- Komik.
Ya, komik bergambar kartun. Tapi soal cerita, ada komik2 yang tidak kalah ‘seram’ dari novel porno. Lebih mengerikan karena didukung gambar. Gambar sampul depan tak menyiratkan kepornoan . Tapi dalam, ujung2 ceritanya tentang seks bebas.
Dari survei yang dilakukan pembicara, salah satu judul games, komik, dan DVD yang masuk dalam kategori ‘bahaya’adalah NAR API NERAKA. Hati-hati. Apa tujuan semua ini? Apa yang ‘mereka’ inginkan dari anak-anak kita?
1-Yang mereka inginkan, anak dan remaja kita memiliki mental model porno.
2-Agar anak2 kita mengalami kerusakan otak permanen, yang hasil akhir yang diincar adalah incest
3-Sasaran tembak utama anak2 belum baligh. Jika anak2 ini mengalami 33–36 ejakulasi, mereka jadi pecandu pornografi. Merekalah pasar masa depan bagi industri pornografi: Perfilman, majalah, musik, jaringan TV kabel, pembuat dan pemasar video games.
Proses kecanduan dan akibatnya:
a-Di dalam otak ada bagian yang disebut Pre Frontal Cortex (PFC). PFC tempat dibuatnya moral, nilai2, rasa bertanggung jawab untuk perencanaan masa depan, organisasi, pengaturan emosi, kontrol diri, konsekuensi dan pengambilan keputusan. PFC akan matang pada usia 25 tahun.
b-Sekali anak mencoba kenikmatan semu, maka ia akan kebanjiran hormon dopamin (hormon yang dihasilkan hipotalamus). Akibatnya ia akan senang, tapi dalam hatinya timbul perasaan bersalah.
c-Saat anak senang (kebanjiran dopamin), ia terganggu dalam: Membuat analisa, penilaian, pemahaman, pengambilan keputusan, makna hubungan, dan hati nurani. Akibatnya, spiritualitas atau imannya terkikis. Anak ‘tumbang, memilliki mental model porno yang bisa saja berujung pada incest.
d-Narkoba ‘hanya’ merusak tiga bagian otak , tetapi pornografi/seks akan merusak lima bagian!
e-Jika anak sudah ejakulasi 30-33 kali menurut penelitian, sensor otaknya akan mengalami kerusakan permanet (seperti mobil tua yg sudah bobrok).
Kelalaian kita sebagai orang tua:
- Selama ini terjadi kesalahan budaya karena ada pemahaman yang mengasuh anak hanya ibu. Ayah cari nafkah saja. Bila perlu, baru lapor ayah. Ini salah besar. Keluarga Indonesia perlu revolusi pengasuhan!
- Orang tua kurang menghabiskan waktu dengan anak dan hanya jadi weekend parent. Anak diikutkan les sana sini. Pertanyaan orang tua ke anak hanya : Bagaimana les-nya tadi? Nilaimu berapa, Nak? Kamu nggak bolos, kan? Kamu bisa ngerjain ujian hari ini?’ Akibatnya, anak-anak menjadi BLASTED (Boring–>Lazzy–> Stressed!)
- Orang tua merasa cukup menyekolahkan anak2 di sekolah berbasis agama. Penerapannya? Orang tua menyuruh anak salat tepat waktu, orang tua salatnya bolong2. Orang tua berbaju tertutup, tapi anaknya main ke mal pakai rok mini dan tanktop. Anak disuruh les mengaji, orang tuanya tidak bisa mengaji.
- Orang tua kadang hanyut dalam tren. Melihat teman2 anak di sekolah punya iPod, anak buru2 dibelikan iPod. Orang tua malu karena anaknya hanya punya ponsel jadul yang cuma bisa SMS dan telepon? Anak pun dibelikan Gadget paling mutakhir.
- Orang tua memfasilitasi anak dengan gadget terkini, tapi gagap teknologi alias gaptek. Buktinya, baca SMS alay nggak bisa. Bagaimana mau mengawasi anak? Karena itu, jadi orang tua harus gaul dan pintar.
- Orang tua membelikan anak gadget/perangkat teknologi tanpa tahu akibat negatifnya, tanpa penjelasan dan tanpa persyaratan untuk anak.
- Mereka kini generasi orang tua yang abai, generasi orang tua yang pingsan. Yang penting anak sekolah, les, diam di rumah depan komputer, games, ponsel dan TV. Yakin, anak Anda aman?
- Ortu jarang berkomunikasi secara baik dan benar dengan anak, tak paham perasaan anak dan remaja.
(Muchtar AF; dari grup WA-VN)-FR *** Bersambung………