Polusi Udara Tingkatkan Risiko Diabetes di Tiongkok
(beritasatu.com)-Hongkong; Studi baru di Tiongkok menunjukkan, risiko diabetes (DM) berisiko meningkat jika terpapar prtikel2 asap berbahaya dalam jangka panjang. Studi itu memberikan bukti2 yang menunjukkan keterkaitan polusi udara dan penyakit di Negeri Tirai Bambu itu.
Menurut studi di AS yang diterbitkan 2017, Tiongkok menghadapi permasalahan diabetes terbesar di dunia. Sekitar 11% dari populasi yang menderita penyakit metabolik. Meningkatnya kesejahteraan juga membawa perubahan pola makan dan gaya hidup, bersamaan krisis polusi udara yang diprediksi WHO sebagai penyebab lebih dari sejuta kematian prematur tiap tahun.
Risiko DM dilaporkan meningkat 16% tiap kenaikan 10 mikrogram / m3 dalam paparan partikel Particulate Matter (PM) 2.5 jangka panjang. PM 2.5 itu partikel udara berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Demikian temuan peneliti Rumah Sakit Fuwai di Beijing dan Emory University di AS dalam studi yang dipublikasikan online oleh Environment International, pekan lalu.
“Peningkatan kualitas udara berkelanjutan membantu mengurangi epidemi diabetes di Tiongkok,” ujar Lu Xiangfeng, penulis studi itu, kepada AFP via surat elektronik (email). Peneliti mengumpulkan data dari lebih 88.000 subjek di 15 provinsi, dan memperkirakan keterpaparannya terhadap PM2.5 berdasarkan data satelit yang diambil dari 2004 hingga 2015.
PM 2.5 termasuk racun seperti sulfat dan karbon hitam. Ukuran partikel udara sangat kecil itu dapat menembus jauh ke paru2 atau sistem kardiovaskular, dan dikaitkan tingkat kanker paru-paru yang lebih tinggi, bronkitis kronis dan penyakit jantung.
Studi serupa di Amerika Utara, Eropa, Hong Kong dan Taiwan juga mengaitkan polusi udara dengan diabetes. Menurut peneliti, ini studi terbesar dari isu serupa di Tiongkok daratan.
“Karena tingginya tingkat PM 2.5, pola paparan berbeda dan kerentanan populasi maka hasil dari negara2 maju dengan tingkat PM 2.5 rendah tak berlaku di Tiongkok,” kata Lu. Timnya menyesuaikan faktor2, seperti usia, indeks massa tubuh, status merokok, riwayat DM keluarga, dan aktivitas fisik terkait pekerjaan. Tapi tak langsung memasukkan faktor kebiasaan berdiet dan jenis polutan lain.
Ho Kin Fai – profesor di Chinese University, Hong Kong yang mempelajari polutan udara dan tidak terlibat di studi itu – mengungkapkan kepada AFP hasil studi yang memperlihatkan polusi udara sebagai faktor dalam epidemi diabetes tidak bisa diabaikan.
“Para ilmuwan harus menemukan bukti2 yang menunjukkan partikel PM 2.5 bekerja di tubuh manusia untuk meningkatkan risiko penyakit” ujar dia. Menurut Ho, mengingat studi ini tik termasuk faktor2 lain di lingkungan yang mungkin belum dipertimbangkan maka dari itu “Kita perlu lebih banyak bukti dari mekanisme biologis untuk membuktikan itu benar.”
WHO melaporkan, penyakit DM itu masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di dunia, dan telah menewaskan 1,6 juta orang pada 2016. Bahkan masalah kesehatan ini meningkat lebih cepat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. (Happy Amanda Amalia / PYA; Bahan dari : AFP dan https://www.beritasatu.com/kesehatan-aktualitas/542829/polusi-udara-tingkatkan-risiko-diabetes-di-tiongkok)-FatchurR *