Bersabar Menyiarkan Kebaikan
TAFSIR Al-Mishbah kali ini membahas surah Hud ayat 3649. Surah ini berkisah tentang kaum Nabi Nuh AS yang tetap ingkar. Namun, ada juga yang beriman secara tulus dan menjadi pengikut setia Nabi Nuh.Kaum yang ingkar menganggap hanya orang terpinggirkan yang pantas jadi pengikut Nabi Nuh. Padahal, tidak pernah ada perbedaan kelas, paksaan perbedaan kelas dan paksaan dalam beragama.
Meski demikian, Nabi Nuh tidak merasa berputus asa berdakwah. Justru Allah SWT yang menegaskan sudah tidak ada harapan bagi kaum Nuh yang ingkar untuk mendapatkan hidayah. Ketegasan itu diwahyukan Allah (Surah Hud ayat 36 ), “Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwa sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja). Karena itu, jangan kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.“
Jangan pernah berputus asa mengajak menuju kebaikan, kecuali orang itu memang tidak bisa lagi diajak menuju kebaikan, seperti Nabi Nuh yang tidak berputus asa terhadap kaumnya. Nabi Nuh merasa sedih dengan pilihan kaumnya untuk tetap menjadi kafir. Maka, Allah menghibur, “Janganlah kamu bersedih atas apa yang mereka kerjakan.“
Setelah dihibur oleh Allah, Nabi Nuh berdoa agar kaumnya yang ingkar dimusnahkan karena mereka akan melahirkan keturunan yang ingkar di masa mendatang. Sebagai jawaban doa ini, Allah memberi perintah teknis, agar Nabi Nuh membangun bahtera.
Wahyu tersebut (QS 11:37) berbunyi, “Buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan jangan kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.“
Ayat selanjutnya (QS 11:38) berbunyi, “Mulailah Nuh membuat bahtera. Tiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Azab datang Ayat selanjutnya ialah tentang akhlak yang baik. Yaitu bila ada yang mengejek, seyogianya diam.
Jikalau berulang-ulang, barulah bermohon agar Tuhan yang membalasnya. Dalam lanjutan ayat itu (QS 11:39), Nuh menjawab, “Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal.“
Ayat 40-41 menyebutkan azab Allah datang. Allah menurunkan air bah dari langit dan dari bawah bumi serta menenggelamkan kaum Nuh yang kafir. Yang beriman kepada Allah selamat di dalam bahtera, termasuk sepasang hewan dan tumbuhan yang diperintahkan Allah agar diselamatkan oleh Nuh.
Di antara orang-orang yang ingkar tersebut ada anak kandung Nabi Nuh, yang termasuk ditenggelamkan oleh Allah. Hingga akhir banjir, Nuh mengajak anaknya masuk ke bahtera, tetapi si anak lebih memilih pergi ke gunung. Setelah itu, ia dihantam gelombang.
Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa amalan seseorang tidak dilihat berdasarkan keturunannya. Pesan mengenai amalan tidak berdasarkan keturunan itu terpresentasi dalam Surah Hud ayat 42-47. Pada ayat 48 diceritakan, semua pengikut Nabi Nuh selamat dan memulai kehidupan baru.
Pada ayat ke-49, Allah mengatakan kepada Nabi SAW, “Itu di antara berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik ialah bagi orang yang bertakwa.“ (ThW; YA/H-1; MI/M IRFAN Quraish Shihab; Media Indonesia, 12 Juli 2013)-FR