Sembuhkan dosa di kamar pengakuan
“Pergi dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”-Matius 9:13
Saudaraku terkasih di dalam Kristus, anak-anak Allah harus meninggalkan ajaran dunia dan membebaskan diri dari praduga yang menggolongkan orang dan berhenti membagi orang ke dalam kelompok ‘yang baik’ dan ‘tidak baik’, ‘yang boleh’ dan ‘tidak boleh’ disapa, atau ‘yang bisa’ dan ‘yang tidak bisa’ dikasihi.
Bacaan Injil Matius hari ini ingin mengingatkan kita Allah tidak pernah membenci orang kaya, mereka yang tidak berpendidikan, dan orang yang berada di sebelah kiri atau kanan. Karena, rencana Allah yang penuh belas kasihan berkeinginan menyelamatkan semua orang, yang ditegaskan oleh Yesus:
“Aku datang bukan untuk memanggil orang-orang benar melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Yesus menyiratkan bahwa diri-Nya adalah seorang Dokter dan Matius adalah pasien yang menderita penyakit dosa, yaitu sebagai pemungut cukai, baik di hadapan Allah dan sesama.
Dirinya bekerja sama dengan orang Romawi untuk memeras bangsanya sendiri lewat pemberlakuan
pajak tinggi. Matius jadi sakit oleh dosa, sakit oleh pekerjaan, dan sakit oleh kehidupannya. Sang Dokter Yang Agung, Yesus Kristus berkunjung ke dalam kehidupannya untuk mengajak ke luar dari penderitaan itu agar sembuh dan memiliki hidup yang berkelimpahan (Mat 9:9).
Yesus menyembuhkan Matius dengan makan bersama (Mat 9:10), menyerahkan kematian-Nya bagi dia
(Yoh 15:13); mencurahkan Roh Kudus kepadanya (Kis 2:4); sehingga mengubah Matius menjadi rasul, pewarta, dan penulis Injil (Ef 4:11).
Matius, “yang adalah Lewi, anak Alfeus” (Mrk 2:14), dibenci oleh pekerjaan yang membuatnya menjadi kejam dan tidak adil. Profesinya menjijikkan dan disejajarkan dengan pembunuh, perampok, atau orang kafir (Mat 18:17). Pekerjaan itu membuat dirinya jadi penghianat bangsa karena sebagai kaki tangan penjajah, kerajaan Romawi.
Selain itu, semua orang tahu bahwa para pemungut cukai rajin mengisi kantong mereka sendiri atau melakukan korupsi. Sehingga, para pengemis pun tidak suka menerima sedekah dari mereka. Untuk melakukan pembenaran diri dan sekaligus sebagai upaya agar pekerjaannya bisa dimaafkan, mereka rajin menyumbang aktivitas orang Yahudi, termasuk acara keagamaan.
Sudah barang tentu, bagi orang Yahudi makan bersama dengan seorang pemungut cukai dan mengundang mereka untuk menjadi murid sama saja menghujat Allah. Kita tentu bias membayangkan kemarahan orang-orang Farisi (Mat 9:11), dan kondisi batin Matius yang menyebabkan dia langsung bangkit mengikuti Yesus yang hanya berkata:
“Ikutlah Aku” (Mat 9:9). Matius benar-benar menjelma menjadi murid dan dimampukan menyerahkan langkah dan seluruh hidupnya kepada Yesus. Dirinya telah disembuhkan sehingga kasihnya begitu besar
kepada Sang Penyembuh, yaitu Allah sendiri.
Demikian pula, Allah berkeinginan menyembuhkan anak-anak-Nya dari siksaan penyakit dosa dunia.
Semoga kita bersedia disembuhkan-Nya dengan berlutut di kamar pengakuan agar layak menerima rahmat pengampunan-Nya dan diperdamaikan lagi dengan Allah (Mat 9:12). Amin. (Justinus darmono sumber dari Veronica Partini Vicandayu Ofs)-FR