Tel-U kembangkan Brainstat
KASUS kecelakaan, roda dua, empat dan pesawat, kerap terjadi. Penyebabnya rata-rata human error. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, civitas akademika Telkom University (Tel-U) mengembangkan aplikasi yang dinamakan Brainstat. Aplikasi ini bisa memantau pengemudi kendaraan atau pilot pesawat apakah dalam kondisi kesadaran yang baik, mengantuk, konsentrasi, atau bahkan stres, dengan melihat gelombang otak si pengemudi atau pilot.
Aplikasi ini dirancang oleh dosen Teknik Informatik Tel-U, Dody Qori Utama, bersama dengan mahasiswa Tel-U, Guntoro, Anggunmeka Luhur Prasasti, Boni Yustin Prabowo, Umar Hadi Ali Ahmad, dan Gilang Kusuma Jati. Karya mereka berhasil meraih penghargaan The Winner di ajang Information and Communication Technology Award (Inaicta) 2013 untuk kategori e-health, beberapa waktu lalu.
Menurut Dody, aplikasi ini bekerja dengan cara membaca gelombang otak si pengemudi kendaraan atau pilot. Otak manusia terdiri atas miliaran sel otak yang disebut neuron. Setiap neuron saling menjalin hubungan dengan memancarkan gelombang listrik. Gelombang listrik yang dikeluarkan oleh neuron dalam otak inilah yang disebut gelombang otak (brainwave). Dan setiap gelombang mempunyai karakteristik berbeda-beda yang bisa menandakan kondisi mental seseorang.
“Nah, gelombang inilah yang dibaca oleh Brainstat. Setelah membaca, Brainstat akan memberikan informasi tentang kondisi si pengemudi dengan beberapa peringatan,” katanya saat ditemui di Jalan Citarum, Senin (9/9).
Bila pengemudi dalam kondisi mengantuk atau kondisi tidak layak mengemudi, Brainstat akan memberikan peringatan awal, yakni berupa bunyi. Bila peringatan awal ini tidak dihiraukan, Brainstat, yang sudah terhubung juga dengan layar monitor laptop/tablet atau sejenisnya, akan menampilkan gambar bergerak dari orang terdekat, seperti keluarga, istri, atau anak yang sudah lebih dulu direkam.
“Jadi, gambar ini akan tampil di layar. Yah, semacam peringatan dari sisi emosional. Diharapkan, dengan melihat gambar orang terdekat itu, pengemudi bisa diingatkan agar berhati-hati,” katanya.
Level peringatan terakhir bila si pengemudi tidak juga menghiraukan kondisinya, Brainstat akan mengirimkan pesan pendek atau SMS kepada keluarga yang sudah terkoneksi dan kirim data ke server yang sudah diatur. Dengan pesan ini diharapkan ada feed back kepada pengemudi.
“Sudah ada modem SMS yang bisa mengirim pesan ini, bisa juga ke polisi, bagaimana mengaturnya saja. Pesan terkirim, si penerima pesan bisa segera telepon pengemudi untuk mengingatkan langsung, kami memanfaatkan cloud computing,” ujarnya.
Tidak hanya bisa menangkap kemampuan kognitif seseorang, menurut Guntoro, anggota tim lainnya, Brainstat juga memiliki parameter adiktif yang bisa membaca apakah si pengemudi dalam pengaruh narkoba. Dengan cara ini bisa diketahui tanpa harus tes urine terlebih dahulu.
Tingkat akurasi Brainstat bisa mencapai 85-90 persen. Aplikasi ini juga sudah diuji coba dengan pengemudi yang mengemudikan kendaraan selama 1.000 jam. Risetnya sudah dilakukan sejak 2011 dan terus dikembangkan. “Biaya riset cukup besar. Tapi untuk membuat aplikasi ini kurang lebih Rp 2 jutaan,” katanya.
Untuk penerapan pada pilot pesawat, ujarnya, belum diuji coba, tapi sudah bisa diuji coba dalam simulator. Di tempat yang sama, Rektor Telkom University, Prof Mochamad Ashari, mengatakan, Brainstat ini merupakan aplikasi pendeteksi secara dini terhadap kondisi pengemudi sebelum mengendarai kendaraan. “Cara kerja alat ini membaca gelombang otak yang terhubung dengan alat dan bisa menginformasikan kondisi si pengemudi,” katanya.
Prestasi ini, ujarnya, kian menegaskan kualitas pendidikan di kampusnya selama ini. Prestasi ini juga menjadi pendorong pencapaian target Telkom University menjadi world class university di tahun 2017. (Oleh Siti Fatimah; http://jabar.tribunnews.com/