Ujian dari keluarga dan harta
Saya dulu sering heran kenapa putra kyai / pemimpin pondok pesantren ada yang nakal. Seolah kalau nasihat-ajaran kebaikan kyai hanya mempan untuk orang lain namun tidak untuk keluarganya. Saya sering menemukan para orang alim / tokoh masyarakat biasanya mampu memecahkan masalah orang lain, namun seringkali “tampak” gagal dalam mendidik putra-putrinya.
Hikmahnya ternyata adalah seringkali ujian berat untuk SABAR dan IKHLAS bagi orang yang beriman yang diberikan Allah bukan melalui orang lain, namun melalui keluarga sendiri. Seperti kisah Nabi Luth dengan istrinya, Nabi Ya’kub dan putra-putranya, Nabi Yusuf dengan saudaranya, Nabi Nuh dengan putranya dan Nabi Muhammad dengan pamannya.
Ujian terberat yang dirasakan oleh orang beriman justru dari keluarga sendiri. Hal ini karena anak dan istri memiliki ikatan emosional yang kuat dengan diri kita. Sampai-sampai Allah memperingatkan kita dengan beberapa firmanNya.
“Hai orang-orang mukmin, di antara isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi-mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 64:14)
“Ketahuilah, hartamu dan anakmu itu hanya cobaan dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. ” (QS 8:28)
“Hai orang beriman, janganlah hartamu dan anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS 63:9)
Ayat2 tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa anak, istri dan harta akan menjadi bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah untuk lebih mendekatkan diri pada Allah atau kita semakin jauh dari Allah. (Pak Oto)-FR