Psikologi

Allahu Akbar … Merdeka

Kekalahan Sekutu dalam perang Pasifik sejak Laksamana Chichi Nagumo memerintahkan penyerbuan Pearl Harbour pada 7/12/1941 dan menguasai Hawai lalu bergerak ke Philipina, membuat pasukan Amerika Serikat melepaskan Philipina untuk mundur ke Bataan dan Carregidor kemudian akhirnya menyerah.

 

Jenderal Mc. Arthur berhasil meloloskan diri sambil menebar janji dengan penuh geram: I shall return. Jenderal Terauchi mengerahkan pasukan Kamikaze Angkatan Udara Dai Nippon melakukan serangan jibaku dengan menubrukkan pesawat terbangnya ke kapal-kapal perang Sekutu sehingga melumpuhkan Angkatan Laut Inggris di medan tempur bagian barat Asia Tenggara.

 

Berturut-turut direbut Hongkong, Macao, Saigon, Bangkok, Rangoon, Kuala Lumpur, Labuan dan …. Jakarta. Jantera jarum Perang Pasifik mencapai titik baliknya ketika di medan perang bagian timur Asia Tenggara, Jenderal Mc. Arthur (Amerika) menggerakkan pasukan South West Pacific Area Command (SWPAC) / Sekutu dengan taktik “lompat pulau” berhasil merebut kembali Irian Barat, Morotai, Tarakan, Balikpapan lalu melompat dan membebaskan Philipina untuk memenuhi janji I shall return-nya.

 

Pada April 1945 SWPAC/Sekutu bahkan mampu merebut Iojima dan Okinawa di ambang pintu Jepang. Perasaan geram terhadap Jepang yang pernah mendepaknya keluar dari Philipina dilampiaskan dengan menetapkan pejuang-pejuang nasionalis Philipina sebagai penjahat perang kemudian diseret ke pengadilan militer Sekutu.

 

Jendral Mc. Arthur juga mempunyai niat yang sama terhadap para pejuang nasionalis Indonesia termasuk pimpinan tertingginya, Sukarno dan Hatta, dinyatakan sebagai kolaborator Jepang dan akan dibawa ke pengadilan militer Sekutu.

 

Di medan perang bagian barat Asia Tenggara, Jenderal Mountbatten (Inggris) memimpin pasukan South East Asia Command (SEAC)/Sekutu dengan susah payah berhasil merebut kembali Rangoon dan membebaskan Birma. Raja Inggris memberi hadiah gelar: Lord Moundbatten of Burma.

 

Kemenangan dan hadiah gelar kebangsawanan itu diam-diam menumbuhkan keinginan Jendral Lord Mounbatten untuk mengembalikan harga diri kerajaan Inggris di Asia dengan berniat menguasai seluruh Asia Tenggara pasca kekalahan Jepang.

 

Titik balik jantera perang Pasifik ini dibaca dengan cermat oleh pemerintah Belanda. Di Brabant, Nederland, segera dibentuk Netherlands East Indies Civil Affairs (NICA) pada 24/7/1945 untuk mempersiapkan diri menerima kembali kekuasaan sipil setelah saatnya Jepang takluk pada Sekutu.

 

Sebanyak 50.000 sukarelawan lelaki dan 12.000 perempuan siap dikirim ke Indonesia. Belanda menyiapkan dua pasukan khusus untuk diberangkatkan ke Indonesia, yaitu Gezachts Batalion dan Expeditionaire Machten. Van Mook dan Van der Plas yang tinggal di tempat pengungsian di Brisbane, Australia, juga telah diperintahkan untuk bersiap-siap kembali ke Jakarta.

 

Namun Tuhan berkehendak lain. Persetujuan Postdam yang diadakan pada bulan Juli 1945 menghasilkan perubahan penting terhadap kesepakatan Gabungan Pimpinan Staf Tertinggi Sekutu sebelumnya. Perubahan itu menetapkan bahwa keamanan atas wilayah Muangthai, Indo-China bagian selatan dan Hindia-Belanda diserahkan kepada SEAC,

 

Sedangkan sisanya kepada SWPAC. Ini berarti Jendral Mc. Arthur tidak mungkin merealisasikan niatnya untuk menyeret Sukarno-Hatta dan para pemimpin Indonesia lainnya ke pengadilan militer Sekutu sebagai penjahat perang kolaborator Jepang, sebab pasukan Inggrislah yang akan ke Hindia Belanda, bukan tentara Amerika.

 

Titik balik jantera Perang Pasifik mencapai nadirnya ketika presiden AS, Harry S Truman, menyetujui pengeboman Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945. Dalam pada itu Jendral Terauchi andalan Dai Nippon yang bermarkas di Saigon, tidak bisa berbuat banyak setelah hubungannya dengan Tokio terputus karena Okinawa diduduki tentara Amerika. Maka Jepang pun lalu menyerah kalah kepada Sekutu.

 

Gabungan Pimpinan Staf Tertinggi Sekutu memerintahkan Jendral Mc. Arthur untuk membawa pasukannya menuju Tokio guna menuntaskan pendudukan Jepang oleh Sekutu. Dalam pada itu Jendral Lord Mountbatten dengan leluasa bisa masuk ke Asia Tenggara, menguasai kembali bekas jajahannya dulu yang pernah lepas direbut Jepang, bahkan bertambah dengan Hindia-Belanda bekas jajahan Belanda. Tampaknya keinginan Jendral Lord Moundbatten bakal terlaksana dengan mulus. Tetapi kembali Tuhan ternyata berkehendak lain.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17/8/1945 pukul 10.00 pagi menyentakkan dunia. Pemuda-pemuda Indonesia bergerak cepat di saat tentara pendudukan Jepang dalam kebingungan antara akan masuknya tentara Sekutu dan telah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.

 

Mereka merebut kantor pemerintahan dari tangan Jepang di Jakarta, dan di Surabaya terbentuk Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada 23 September, lalu menyerbu gedung Kenpemtai. Di Bandung pada 27/9 Kantor Pusat PTT dikuasai AMPTT, kemudian merembet ke kota besar lainnya di Jawa dan Sumatera.

 

Panglima Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) bagian dari SEAC, Letnan Jenderal Sir Philip Christison, memimpin pasukan Sekutu dari Inggris masuk ke Indonesia dan tiba di Jakarta pada 29 September 1945. Dalam keterangan pers yang disiarkan radio Singapura ia mengatakan Republik Indonesia dapat diminta membantu misi tentara Sekutu.

 

Pernyataan Panglima AFNEI itu mengejutkan Belanda karena merupakan pengakuan atas Republik Indonesia yang baru merdeka secara de facto. NICA yang telah diikutkan bersama AFNEI masuk ke Indonesia diperintahkan untuk meningkatkan aktivitas mencapai tujuan menguasai Hindia-Belanda kembali setelah kekalahan Jepang.

 

Terjadi pertentangan kepentingan secara diam-diam antara Lord Mountbatten (SEAC-Inggris) dengan Van Mook dan Van der Plas (NICA-Belanda) terhadap Indonesia. Kedatangan AFNEI membangkitkan keberingasan tentara pendudukan Jepang yang tugasnya menjaga kondisi status-quo di beberapa kota telah diganggu oleh pemuda-pemuda Indonesia.

 

Mereka menyerang balik mencoba menguasai kota-kota kembali agar kedatangan tentara Sekutu tidak mengalami rintangan. Di Jakarta pasukan Jepang menggerebeg markas pemuda di Menteng 31 dan menangkapi tokoh-tokoh Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Buruh dan Barisan Rakyat.

 

Bandung pun berhasil “diamankan” sehingga kedatangan Sekutu ke Bandung pada pertengahan Oktober tidak mengalami kesulitan berarti. Di Semarang pasukan Kidobutai menyerang secara membabi-buta dalam pertempuran 6 hari yang menewaskan hampir 2000 orang.

 

Semarang berhasil “diamankan” kembali untuk mempersiapkan kedatangan tentara Sekutu yang mendarat pada 20 Oktober. Dari Semarang tentara Sekutu bergerak ke arah Ambarawa dan Magelang dimana terdapat konsentrasi interniran Belanda untuk dibebaskan dan dievakuasi.

 

Gerak mereka dihadang dengan sengit dan dihentikan bahkan dipukul mundur oleh pasukan Indonesia yang dipimpin komandan BKR Banyumas, Kolonel Sudirman. Perlawanan tentara Indonesia dalam Palagan Ambarawa ini mengejutkan Sekutu yang tidak menyangka sedemikian kuatnya tentara Indonesia.

 

Pimpinan tentara Inggris di Jakarta segera meminta bantuan presiden Sukarno untuk menghentikan serangan tentara Indonesia. Pada 1 November 1945 presiden Sukarno bersama Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin terbang ke Semarang lalu menuju Magelang untuk memprakarsai sebuah gencatan senjata yang ditaati oleh tentara Indonesia.

 

Di Surabaya tentara Sekutu mendarat pada tanggal 25 Oktober. Berbeda dengan kota-kota lainnya, Surabaya dikuasai penuh oleh Indonesia setelah PRI menyerbu gedung Kenpemtai sehingga pihak Jepang tidak dapat melakukan serangan balik untuk menguasai Surabaya kembali.

 

Melalui corong Radio Pemberontak, Bung Tomo membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk menentang pendaratan tentara Sekutu. Gerak maju Brigade ke-49 tentara Sekutu untuk masuk ke kota Surabaya memperoleh perlawanan yang sangat sengit dan nyaris dikalahkan.

 

Menyadari hal itu, Jenderal Hawtorn meminta bantuan presiden Sukarno kembali, yang segera terbang ke Surabaya pada 29 Oktober bersama Wakil presiden Moh. Hatta dan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin. Presiden Sukarno berkeliling kota menyerukan penghentian tembak-menembak, lalu melakukan perundingan dengan pihak Inggris dan menghasilkan sebuah persetujuan perdamaian. Presiden Sukarno dan rombongannya kemudian kembali ke Jakarta.

 

Namun berbeda dengan situasi di Magelang, ternyata ketika sebuah regu patroli bersama Inggris dan Indonesia bergerak untuk memulihkan ketertiban, terjadi lagi tembak-menembak yang mengakibatkan Brigadir Mallaby tewas. Hingga saat ini belum diperoleh kejelasan siapa yang memulai dan bagaimana kejadian detil dari peristiwa itu.

 

Tentara Inggris meradang dan keadaan pun memburuk kembali. Bala bantuan tentara Inggris didatangkan dan Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya menghentikan perlawanan dan menyerahkan senjata kepada tentara Sekutu. Ultimatum tersebut ditolak pemuda dan rakyat Surabaya yang tersulut kemarahan.

 

Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi tentara Inggris bergerak menyerbu kota kembali dan menyerang markas-markas pemuda dan rakyat Surabaya. Bung Tomo pun muncul kembali melalui corong Radio Pemberontak menyerukan perlawanan dengan suara yang mengguntur:

 

Bismillaahirohmannirohim, MERDEKA !!! Saudara-saudara Rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui, bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.

 

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu, dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

 

Saudara-saudara. Di dalam pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera: pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing, dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.

 

Telah menunjukkan satu kekuatan hingga mereka itu terjepit dimana-mana. Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, Saudara-saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk memberhentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri, dan setelah kuat, sekarang inilah keadaannya.

 

Saudara-saudara. Kita semuanya … kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini, akan menerima tantangan tentara Inggris itu. Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya, ingin mau mendengarkan jawaban rakyat Indonesia. Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini, tentara Inggris!!

 

Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu, Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu. Tuntutan itu … walaupun kita tahu, bahwa kau sekali lagi mengancam kita, untuk menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada.

 

Tetapi inilah jawaban kita: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah, yang dapat membikin secarik kain putih … Merah dan Putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga.

 

Saudara-saudara Rakyat Surabaya Siaplah …. keadaan genting Tetapi saya peringatkan sekali lagi: Jangan mulai menembak Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka Dan untuk kita, Saudara-saudara Lebih baik kita hancur-lebur daripada tidak merdeka

 

Semboyan kita tetap: MERDEKA atau MATI !!! Dan kita jakin Saudara-saudara Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar Percayalah Saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian. ALLAHU AKBAR …… ALLAHU AKBAR …. ALLAHU AKBAR …. MERDEKA !!!! “.

Dunia berdecak kagum menyaksikan perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya sebagai tindakan penuh patriotisme dan heroisme, yang dinilai oleh Mr. Wilopo sebagai satu-satunya perang rakyat terbuka menandingi Sekutu dengan pengalaman perang mereka dan dengan perlengkapan senjata modern. (dirangkum dari penuturan Adam Malik “Mengabdi Republik”, Subadio Sastrosatomo “Pengemban Misi Politik”, Wilopo “Wilopo, 70 tahun”, dan blog rubijanto.wordpress.com; Oleh Djaka Rubijanto)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close