Psikologi

Soetoko, Panglima AMPTT (2)

Begitu SOETOKO tahu Jepang kalah, ia menelpon Jakarta, Ia minta rekan2 Jakarta segera mengumumkan Kemerdekaan. Jika tidak, momentum yang memungkinkan itu hilang dan tidak kembali lagi. Bahkan SOETOKO mengirim telegram ke Jakarta, jika Jakarta tidak melakukan, Bandung akan melakukan.

 

Berita kekalahan Jepang segara diteruskan kepada rekan2 di Kantor lain secara beranting. Akhirnya Prokmalamasi Kemerdekaan di umumkan pada tanggal 17/08/1945 disebarluaskan melalui perhubungan Pos, Telegrap, Telepon dan Radio sambung menyambung.

 

Didorong rasa siap mental untuk melaksanakan amanat Proklamasi yang menginstruksikan supaya pemindahan kekuasaan dan lain-lain sesingkat-singkatnya, pasukan khusus PTT akhirnya berubah menjadi inti Angkatan Muda PTT yang disingkat AMPTT.

 

Militansi pasukan Khusus PTT menjelma jadi semangat dan penggerak AMPTT mengambilalih kekuasaan PTT dari tangan Jepang. Tindakan cepat dan tepat harus dilakukan, namun kota Bandung dan sekitarnya masih merupakan salah satu tempat pemusatan kekuatan tentara Jepang.

 

Sewaktu-waktu kekuatan ini bergerak dan menerjang kalau ada perintah atasannya. Bahaya ini harus diperhitungkan pasukan AMPTT yang dituntut dapat mengatur strategi dan taktik berdasarkan sasaran.SOETOKO yang menjadi tokoh sentral yang menggerakan segala sesuatunya ketika itu.

 

Pada tanggal 3/9/1945 ia berunding dengan kawannya yang terdiri dari Slamet Soemari Tjokrowardojo, Joesoef, Agoes Samah, Nawawi Alif dan pemuda lainnya. Dalam rembukan pasukan AMPTT mendekati pihak Jepang supaya menyerahkan kekuasaannya di Kantor Pusat PTT.

 

Namun Jepang tidak mau menyerahkan kekuasannya karena ada instruksi dari atasannya bahwa penyerahan PTT harus dilakukan kepada sekutu. Berhubung dengan itu Kantor Pusat PTT harus direbut.Rencana perbutan kekuasaan harus disiapkan lebih masak dan dirahasiakan.Hari H harus ditetapkan sehingga mengenai sasaran.

 

Tanggal 23/9/1945 SOETOKO berunding dengan Ismojo dan Slamet Soemari yang menghasilkan keputusan : Pada tahapan kedua, jika pihak Jepang tidak mau menyerahkan kekuasannya akan ditempuh jalan kekerasan dengan kekuatan yang ada dengan bantuan rakyat. Dan mengangkat Mas Soeharto menjadi Kepala Jawatan PTT dan Dijar R menjadi wakilnya.

 

Keesokan harinya tanggal 24 September 1945 pagi, SOETOKO menemui Mas Soeharto, agar hari itu juga menemui Pimpinan Jawatan PTT Jepang dan mendesaknya supaya menyerahkan Pimpinan Jawatan PTT kepada Bangsa Indonesia  secara baik-baik.

 

Mas Soeharto dan Dijar R menyetujui desakan AMPTT, namun perundingan menghasilkan persetujuan pihak Jepang memperkenankan pengibaran bendera merah putih di halaman belakang gedung Pusat PTT. Meskipun kurang puas, pemuda2 AMPTT segera menaikan bendera merah putih pada sebuah tiang khusus yang menghadap jalan Cilaki.

 

Para pemuda AMPTT bangga melihat bendera merah putih berkibar, namun sasaran masih belum tercapai, pemimpin Jepang harus turun bersama bendera Jepang. SOETOKO tidak sabar lagi, sebagai Panglima Pejoeang AMPT melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan perebutan kekuasaan Jawatan PTT dar tangan Jepang.

 

Pada hari H (26/9/1945) dibantu tiga orang Nawawi Alif, Hasandjen dan Abdoel Djabar, SOETOKO menginstrusikan kepada Soewarno selaku Komandan Tsusin Tai untuk meruntuhkan tanggul barikade yang mengelilingi kantor. Pada sore harinya SOETOKO menemui Mas Soeharto di jalan Jawa No.2 dan memberitahu rencana perebutan Kantor Pusat PTT dan Mas Soeharto menyetujui rencana itu. Bersambung ……..

(Rizal Chan; http://mandorkawat2009.com/tag/kepada-soetoko-panglima-amptt/)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close