Iptek dan Lingk. Hidup

Pompa bensin terbang

KOMPAS – Suatu operasi udara militer butuh dukungan logistik, seperti kemampuan pengisian BBM di udara. Di Indonesia, hal itu disediakan Skuadron Udara 32 yang di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jatim.

Pesawat yang jadi “pompa bensin udara” itu pesawat transpor-tanker Hercules berkode KC-130. KC , kependekan dari kerosene cargo atau pengangkut bahan bakar. Di Skuadron Udara 32, pesawat transpor ini memiliki registrasi 1309 dan 1310.

“Pesawat 1310 itu kena musibah di Medan 30/6/15. Kita kehilangan pilot dan awak berharga, ditambah satu dari 2 pesawat tanker yang mendukung operasi udara TNI AU dengan pengisian BBM di udara,” kata Komandan Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh Kolonel (Pnb) M Arifin.

Dengan jatuhnya pesawat 1310 itu, Hercules yang dioperasikan Skuadron Udara 32 bisa dikonversi untuk jadi pesawat KC, tetapi harus dilakukan proses instalasi di luar negeri. Singapura juga memiliki pesawat tanker jenis jet berbasis Boeing.

Untuk operasi udara ke Australia melintasi wilayah Indonesia, pesawat tempur RSAF (Singapura) tidak perlu mendarat di Indonesia untuk mengisi bahan bakar karena bisa mengisi bahan bakar di udara dengan pesawat tanker tersebut.

Pesawat Hercules tipe KC buatan AS yang dioperasikan Skuadron Udara 32 ini, pernah menjalankan prosedur pengisian BBM pesawat tempur Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 buatan Rusia. Padahal, biasanya pesawat dari Blok Timur (Rusia) mengisi BBM di udara dari pesawat tanker buatan Blok Timur.

Demikian juga untuk pesawat yang dibuat Blok Barat. “Kami jalankan prosedur pengisian BBM di ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3 Km dari permukaan bumi) dan kecepatan 220 knot (sekitar 300 kilometer per jam).

Pesawat Sukhoi mengisi BBM bersamaan dari dua selang di kanan dan kiri Hercules. Pengisian berlangsung selama penerbangan sejauh 60 mil (sekitar 100 Km),” kenang Arifin tentang peristiwa yang terjadi pada 2010 itu.

Komandan Skuadron 32 Kolonel (Pnb) Sugeng menuturkan, selain pesawat tempur Sukhoi, prosedur pengisian BBM di udara juga dilakukan Skuadron Udara 32 dengan Skuadron Udara 12 Pekanbaru dan Skuadron Udara 1 Pontianak yang mengoperasikan jet tempur Hawk buatan Inggris (Blok Barat).

“Setahun bisa dilakukan 8-9 hingga 10 kali prosedur pengisian bahan bakar di udara. Kami punya prosedur operasi yang ketat untuk menjaga keamanan dan keselamatan,” kata Sugeng.

Selain pengisian bahan bakar di udara, Skuadron Udara 32 selaku satuan pertama yang mengoperasikan C-130 Hercules di Indonesia juga menjalankan berbagai misi perang dan operasi militer selain perang (OMSP), seperti tanggap bencana.

Pada 1990-an, penerbang Skuadron Udara 32 kerap mengikuti perlombaan “Air Rodeo” di AS. Pangkoop AU I Marsekal Muda A Dwi Badarmanto menuturkan, para penerbang TNI AU beberapa kali memenangi lomba “Air Rodeo” dan diakui kemampuan terbangnya oleh penerbang negara lain.

Perawatan
Perawatan KC-130 Hercules sama dengan jenis pesawat Hercules lainnya, yaitu tipe B, C, hingga yang terbaru di Skuadron Udara 32 adalah tipe H, yaitu dilakukan dengan disiplin dan mengutamakan keselamatan penerbangan.

Kasi Pemeliharaan Skuadron Udara 32 Mayor (Tek) Dwiatmo J mengatakan, semua pesawat Hercules dapat perawatan rutin setiap 50 jam terbang. “Setelah 24x perawatan tiap 50 jam terbang, diadakan perawatan sedang berdasarkan usia pesawat tiga tahun atau 1.800-2.000 jam terbang.

Setelah 3.600 jam terbang, diadakan structure integrated program (SIP). Mesin, badan pesawat), dan kesenjataan diperiksa serta diperbaiki saksama,” kata Dwiatmo. Dia menambahkan, mesin Rolls- Royce yang menjadi sumber tenaga Hercules memiliki masa pakai maksimal 22.000 jam terbang.

Perawatan ringan dan sedang dilakukan di Skuadron Udara 32 atau Skuadron Teknik 22 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Untuk perawatan berat, Hercules akan diterbangkan ke Depo Pemeliharaan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung.

Meski disiplin dan profesionalitas tetap dijaga, kadang musibah terjadi, seperti menimpa pesawat KC-130 Hercules no. 1310. “Kapten Sandy Permana dan para awak adalah penerbang dan teknisi yang baik. Tidak ada kekurangan mereka. Saat baru mendarat di Medan, dia mengirim pesan singkat melapor ke saya. Dia melapor pukul 10.53 lihat ini di HP saya,” kata Kol (Pnb) Arifin.

Harapan
Para penerbang dan anggota Skuadron Udara 32 berharap mereka bisa mengabdi lebih baik lagi. Mereka berharap bisa mengoperasikan pesawat Hercules baru atau pesawat transpor lain yang baru. “Kalau tidak baru minimal pesawat Hercules retrofit. Kami senang sekali jika bisa diberi kepercayaan mengoperasikan Hercules tipe J (termodern) atau tipe H. Negara tetangga banyak yang memakai tipe J dan H. Kita baru punya beberapa tipe H hibah dari Australia,” kata Arifin.

Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama (TNI) Hadi Tjahjanto menuturkan, negara tetangga, seperti Malaysia, mengoperasikan pesawat transpor modern jenis A-400 M (military) buatan Airbus. Pesawat transpor jet buatan AS C-17 yang berbadan besar juga pernah mendarat di Yogyakarta saat mengirimkan bantuan untuk korban bencana gempa di daerah itu.

“Lanud Abdulrachman Saleh siap mengoperasikan pesawat2 baru. Saya mendukung harapan para penerbang yang menjadi operator pesawat transpor dan pesawat tanker itu,” kata Hadi.

Skuadron Udara 32 yang sejarahnya jadi operator pesawat transpor Antonov dan kini C-130 Hercules harus dapat perhatian. Armada pesawat transpor amat dibutuhkan mendukung kebijakan pertahanan pemerintah, yaitu mengedepankan kemanusiaan dan peperangan tidak konvensional.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juli 2015, di halaman 5 dengan judul “KC-130, Si Pompa Bensin Terbang”. (Iwan Santosa; Sandro Gatra; sumber Gatra cetak dan http://nasional.kompas.com/read/2015/07/05/08440641/KC-130.Si.Pompa.Bensin.Terbang)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close