ESWL penghancur batu ginjal
BATU ginjal adalah batu hasil kristalisasi mineral2 di urine yang terbentuk dalam rongga ginjal. Batu ginjal yang tidak ditangani akan terus membesar hingga menyebabkan ginjal rusak permanen. Karena itu, begitu batu ginjal terdeteksi, sebaiknya segera lakukan penanganan.
Saat ini, ada terapi menghancurkan batu ginjal tanpa operasi sehingga pasien lebih nyaman saat menjalaninya. Terapi itu disebut extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). “ESWL menggunakan energi dari gelombang suara kejut yang difokuskan untuk menghancurkan batu ginjal menjadi serpihan-serpihan kecil hingga nantinya bisa keluar terbawa air kencing,” jelas dokter spesialis urologi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, Marto Sugiono, pada diskusi yang diselenggarakan di RS tersebut, Senin (6/8).
Dalam praktiknya, pasien berbaring pada perangkat ESWL. Komponen pemancar gelombang kejut ditempelkan ke pinggang pasien. Lalu, gelombang kejut ‘ditembakkan’ berulang kali untuk menghancurkan batu ginjal.
“Gelombang kejut itu akan menembus jaringan-jaringan lunak di sekitar ginjal, tapi tidak melukainya. Begitu mengenai batu sasaran, gelombang itu akan memecahkan batu tersebut,” kata Marto.
‘Tembakan’ gelombang kejut itu relatif tidak menimbulkan rasa sakit. Jadi, pasien tidak perlu dibius. “Kebanyakan pasien bilang rasanya seperti dijepret-jepret gelang karet.” Prosesnya berkisar 1-1,5 jam. Jadi, pasien dapat menjalaninya tanpa rawat inap. Sesudah tindakan, pasien dianjurkan untuk banyak minum agar serpihan dari batu ginjal yang pecah bisa keluar bersama air seni.
“Jadi, setelah di-ESWL, pasien mungkin merasa air seninya berpasir, urinenya berwarna kemerahan serpihan batu yang menggesek saluran urine menimbulkan luka dan perdarahan ringan. Pasien tidak perlu panik,” terang dokter yang belasan tahun menimba ilmu dan berpraktik di Inggris itu.
Ia menambahkan, metode ESWL efektif untuk memecah batu ginjal berdiameter 0,5-2 cm. “Sekitar 90% batu akan pecah dan serpihannya keluar secara alami lewat urine.” Untuk batu yang lebih kecil, lanjutnya, cukup ditangani dengan obat-obatan. Untuk batu yang lebih besar, penanganan dengan ESWL tidak efektif karena harus dilakukan berulang-ulang.
Untuk batu berukuran lebih dari 2 cm ada metode lain, antara lain PCNL (percutaneous nephrolithotomy). Metode itu memakai alat yang dimasukkan ke ginjal untuk memecahkan dan menyedot pecahan batu. ESWL juga tidak efektif untuk memecahkan batu yang bentuknya bercabang-cabang serupa tanduk rusa. Batu seperti itu umumnya dikeluarkan dengan pembedahan.
“Jadi, sebelum menjalani tindakan, pasien harus menjalani pemeriksaan pendahuluan agar tindakan aman dan efektif,” tambahnya. Marto mengisahkan, ESWL merupakan teknologi yang sudah dikembangkan sejak 1980-an. Dulu, pasien ditempatkan di kolam berisi air, mirip kolam renang.
Gelombang kejut lebih mudah merambat lewat air. Seiring waktu, teknologi ESWL makin disempurnakan. Sebagai pengganti air kolam, perangkat ESWL dilengkapi komponen berbentuk bola berisi gel. Bola itulah yang ditempelkan ke pinggang pasien saat proses ‘penembakan’ dengan gelombang kejut berlangsung.
Cukup minum
Pada kesempatan sama, dokter spesialis urologi Wempy Supit menjelaskan prevalensi penderita batu ginjal di Asia, termasuk Indonesia, cukup tinggi, mencapai 20%. Hal itu terkait dengan iklim tropis yang membuat seseorang lebih mudah berkeringat hingga tidak sadar tubuhnya kekurangan cairan.
“Kekurangan cairan membuat urine lebih pekat sehingga kristalisasi mineral di urine lebih mudah terjadi. Kristal yang terbentuk merupakan cikal bakal batu ginjal,” jelas Wempy. Selain iklim tropis, konsumsi makanan pembentuk asam urat ikut menyebabkan tingginya angka kejadian batu ginjal.
“Hampir semua jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari di Indonesia tinggi purin, pembentuk asam urat, seperti tempe, tahu, sayuran hijau, sea food, petai. Asam urat merupakan komponen pembentuk batu ginjal, selain kalsium dan asam oksalat,” kata Wempy. Jadi, lanjut Wempy, mencegah batu ginjal dengan melarang konsumsi bahan makanan tersebut jelas sulit. Lantas apa solusinya?
“Sebetulnya sederhana sekali, cukup minum, sekitar 2 liter per hari. Dengan cukup minum, urine akan encer sehingga mencegah kristalisasi. Kalaupun kristalisasi terjadi, kristal mudah keluar bersama urine yang banyak sehingga tidak berkembang menjadi batu,” papar Wempy.
Marto menyarankan serupa, masyarakat cukup minum. “Begitu banyak kasus gagal ginjal di Indonesia sebagian karena batu ginjal tidak tertangani. Pencegahannya mudah. Cukup minum,” tegasnya.
http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/14306/ESWL-Penghancur-Batu-Ginjal/2015/08/12)-FatchurR