Kok bisa ya-tembok kain
Dulu, jaman bujangan dan tinggal di sebuah asrama di Jl. Citarum, Pak Johar dan kawan-kawan suka makan iseng (jajan) di sekitar asrama. Nah, pada suatu sore Pak Johar dan kawan-kawan jajan di sebuah warung yang saat itu laris manis, karena dagangannya memang lain dari pedagang yang lain.
Ibu warung itu menyediakan menu spesial : nanas goreng dan minum minuman panas berisi tape ketan hitam dan jeruk. Wah, sungguh kombinasi yang menyegarkan, menghangatkan dan menyehatkan. Harganya juga ekonomis.
Warung ini warung tenda saja dan terletak di pinggir jalan yang tidak mengganggu lalu lintas, karena jalannya memang lebar dan saat itu situasi masih sepi, di daerah Cihaur Geulis. Tendanya ya tenda kain berwarna putih bersih sementara atapnya dari terpal.
Pak Johar dan kawan2 duduk di bangku panjang terbuat dari kayu. Maklum saat itu belum marak kursi plastik seperti kini. Bangku terletak agak jauh dari meja dagangan, supaya kalau duduk lutut pembeli tidak terganjal meja dagangan yang dindingnya sampai ke bawah, tidak ada tempat menaruh kaki di bawah meja itu.
Sedang enak-enak menunggu pesanan, Pak Johar bersandar ke tembok di belakangnya. Dan . . . . . terjengkang ke belakang! Kenapa? Pada saat itu Pak Johar merasa yang berwarna putih di belakangnya adalah tembok, padahal itu kain putih yang diikat dengan tali saja di ujung-ujungnya.
Maka ketika Pak Johar bersandar, kain mengendor dan pak Johar terjengkang ke belakang, kaki juga tidak ada pijakan untuk bertahan. Untunglah tidak ada batu atau benda keras atau benda tajam tempat Pak Johar jatuh terjengkang.
Untung pula tanahnya tidak becek, jadi baju Pak Johar tidak kotor dan tetap bisa melanjutkan makan pesanan nanas goreng dan minuman tape ketan + jeruk nan asyik itu. Hanya sedikit menganggung malu saja. KBY. Kok bisa ya ? (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom)-FR