Pengalaman Anggota

Pohon Yang Kokoh (BT 110)

Ada sebuah teka-teki populer di kalangan anak-anak Jawa, pohon apakah yang namanya sama dengan rasanya? Ya betul, pohon Asem. Pemerintah Belanda telah memilih pohon ini sebagai pohon peneduh di pinggir jalan, karena banyak alasan.

 

Daun keringnya yang kecil-kecil tidak terlalu membuat sampah, dan dapat langsung diproses sebagai kompos tanpa harus dirajang lagi. Pohon ini juga kokoh, tidak mudah tumbang atau patah dahannya. Satu-satunya kelemahan pohon ini adalah lama tumbuhnya.

Sebuah kisah nyata, sebuah mobil Land-Rover long-chasis, menubruk pohon asem yang diameternya tidak lebih dari 15 cm, alih-alih pohonnya roboh, roda depan mobilnya yang terangkat “memanjat” keatas. Pohonnya bergeming, tidak bergerak. Pohon asem banyak kita temui di pinggir jalan di Jateng dan Jatim, di tempat lain banyak tergusur akibat pelebaran jaran.

 

Di Jakarta pohon asem besar masih bisa kita temukan di kawasan Menteng, beberapa masih berdiri tegak di jalan Teuku Cik Ditiro di ujung Selatan yang dekat jalan Latuharhari. Rasanya sedih bila asem yang dulu tak perlu membeli, tinggal mungut di tepi jalan, kini harus pula mengimpor dari Thailand.
Tamarindus indica, satu-satunya species dari keluarga Tamarindus berasal dari Afrika timur. Buahnya mengandung asam Tartaric yang membuatnya kecut, keras hijau dan padat saat masih muda, namun kemudian daging buah dan kulit buah terpisah oleh rongga.

 

Buah yang tua dan sudah beberapa hari jatuh dan terselip direrumputan inilah yang dicari sebagai bumbu dapur, atau wedang asem hangat diminum saat malam hari, atau wedang asem dingin saat siang hari. Segar dan sarat dengan khasiat. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close