Bermenung: Kalau curiga ada hantu manggoda
Alkisah, Pak Sabar saat itu masih muda, masih bujangan dan tinggal menumpang di sebuah keluarga, teman kantor yang lebih senior. Di rumah itu, Pak Sabar ini sering mimpi buruk. Dalam mimpinya dia merasa dicekik atau ditindih oleh makhluk besar sampai tidak bisa bergerak.
Dia berteriak minta tolong, namun tidak ada yang menolong, sebab suaranya ternyata tidak keluar, suaranya hanya dalam mimpinya saja. Bangun dari mimpi, badan lemas dan terasa dingin, napas terengah-engah. Perlu beberapa menit untuk normal kembali.
Pak Sabar befikir, kenapa ya? Kok sering mimpi buruk? Apa di rumah itu ada “penunggunya”? Atau dari tetangganya? Atau ada yang mengguna-guna atau semacamnya? Kalau ya, terus siapa? Suatu ketika keluarga yang ditumpangi pergi pulang kampung selama dau minggu.
Pada kurun waktu itu Pak Sabar tidak pernah mimpi buruk. Lho kok aneh? Pikir Pak Sabar. Kalau di rumah itu ada penunggunya atau ada yang mengganggu, ini justru saat yang tepat, karena Pak Sabar sendirian. Namun hal itu tidak terjadi.
Pak Sabar merenung, menganalisis, cari penyebab mimpi buruknya. Akhirnya dapat jawaban. Begini, waktu itu Pak Sabar tekanan darahnya cenderung rendah, tekanan sistolik rata2 110 (mmHg). Kalau badan kurang bugar, kurang OR, capek dsb, tekanan akan turun jadi 100 atau mungkin lebih rendah lagi.
Pada suatu ketika jantung berhenti berdetak. Pada saat itu aliran darah ke seluruh tubuh berhenti. Tidak bisa bernapas, serasa tercekik, itulah mengapa di mimpinya dia dicekik oleh makhluk tinggi besar dan atau ditindihnya (maka bahasa Jawanya mimpi begini disebut “tindih-an”).
Ketika kemudian jantung berdenyut kembali, cekikan makhluk besar lepas, bisa bernapas kembali. Pada saat terbangun, karena sebelumnya darah tidak mengalir, tidak ada distribusi makanan ke seluruh tubuh, maka badan terasa dingin, bahkan kadang keluar keringat dingin. Napas memburu, sebab badan ingin cepat mendapat oksigen kembali untuk menutup kekurangan selama jantung berhenti.
Setelah tahu penyebabnya, maka Pak Sabar jadi tidak curiga kepada tempat atau orang lain. Ternyata penyebab mimpi buruknya adalah dirinya sendiri.
Demikianlah, jika kita merasa orang lain tidak menghargai, acuh, memusuhi, dan seterusnya, sebaiknyalah kita jangan mudah menyalahkan orang atau pihak lain. Kita perlu instropeksi, mawas diri, jangan-jangan kesalahan atau kekurangan di diri atau pihak kita sendiri.
Kalau orang kurang menghargai, jangan-jangan selama ini kita kurang menghargai orang lain. Jika orang acuh, siapa tahu kita acuh juga pada saudara, teman, atau lingkungan. Andai orang memusuhi, jangan-jangan kita mudah memusuhi orang. Begitu seterusnya.
Semoga kita tidak mudah menyalahkan orang atau pihak lain, namun mudah mawas diri . (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom)-FR