Psikologi

Jatuh (FE 180)

Dengan kejadian beberapa teman jatuh, saya ingat juga pernah jatuh. Peristiwa itu lebih dari 20 tahun lalu. Saat saya menuruni tangga kayu yang habis tersiram hujan dan terpeleset jatuh. Saya meluncur sekitar 10 anak tangga dengan pantat dibawah tanpa kendali. Untungnya saya tidak luka sedikitpun.

 

Beberapa minggu yang lalu, saya juga jatuh persis dengan bokong me-loncat2 menuruni 3 tangga tembok berlumut, ketika saya menuruni sungai di belakang rumah dengan sandal japit tua yang aus.

Ketika musibah menimpa, kadang orang menganggap ini ketetapan Allah, padahal semata-mata karena kekurang hati2an. Allah, dengan ilmu-Nya tahu kita akan ceroboh dan pasti akan jatuh, seperti halnya juru masak tahu mentega pasti meleleh jika dipanaskan di wajan. Andaikata sangat hati2 masih jatuh, marilah kita berbaik sangka karena Allah menghindarkan kita dari musibah yang lebih besar lagi.

Kembali kepada teman saya yang jatuh dan terpaksa tangan kanannya dibalut gips, wanti2 jangan memberi tahu yang lain, alasannya dia tidak akan bisa membalas simpati teman2nya yang akan membanjir lewat grup WA. Ia masih belajar melakukan aktivitas apapun dengan tangan kirinya.

Permintaannya itu hak pasien dan kita harus menghormatinya. Sering kita lupa hak pasien untuk tidak memotret mereka dalam keadaan sakit, jelek, kurus atau kesakitan. Bayangkan bila kita yang biasanya gagah perkasa, suatu waktu tersebar foto kita di med-sos dalam keadaan stroke, tak berdaya. Naudzubillahi minzaliq. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close