Pengalaman Anggota

Joglokerto (FE 020)

Jam 07:19 pagi yang cerah, di Setasiun Tugu Jogja, KA Joglokerto bergerak menuju Purwokerto. KA ini sejak pagi berangkat dari setasiun awal Solo dan dengan rute Solo-Jogja-Purwokerto, jadi tidak perlu dijelaskan dari mana asal nama kereta Joglokerto itu. Segera setelah roda KA bergulir di rel, saya buka box gudeg dengan ayam suir, kacang tolo dan krecek plus cabe rawit rebus.
Tadi kami (saya dan istri) masuk dari jalan Pasar Kembang, bagian selatan setasiun, setelah menukar ticket dengan boarding pass, pada mesin cetak di muka pintu masuk. Setiap masuk setasiun Tugu selalu ada hal yang baru menuju perbaikan pelayanan.

 

Bagian dalam setasiun bersih, kini lebih bersih lagi dengan dipindahkannya deretan kios pedagang ke dekat tembok bagian Selatan setasiun. Calon penumpang yang akan sarapan gudeg atau nasi rames, boleh mampir sebentar ke kios dideretan yang rapat dengan tembok itu.

Setelah selesai makan dan membungkus kembali box sisa sarapan itu ke plastik dan menempatkannya dibawah tempat duduk, barulah saya bisa menikmati pemandangan diluar jendela. Pemandangan yang dominan adalah hijaunya hamparan sawah yang permukaannya beriak ditiup angin.

 

Beberapa burung kuntul melebarkan sayapnya dan turun dengan anggun hinggap di pematang. Paruhnya yang panjang men-cocok2 ke tanah basah dan entah apa yang diperolehnya ketika lehernya me-liuk2 menelan sesuatu. Suatu pemandangan yang menyejukan mata dan mendinginkan hati.

 

Bila saya bandingkan dengan perjalanan darat Jogja-Kebumen, perjalanan dengan KA jauh lebih nyaman dan singkat dari pada menggunakan kendaraan sendiri yang harus menyelinap diantara ramainya truck, bus dan terutama motor roda dua yang saling srobot.

Saya betul2 ketinggalan berita kalau bercerita tentang kemajuan2 perkereta apian di p. Jawa belakangan ini, tapi saya ingin cerita tentang pengalaman saya yang jarang didapatkan orang lain. Di dalam KA yang berjalan, sering saya mendapatkan ilham untuk saya kembangkan menjadi tulisan.

 

Jadi sering sekali saya membawa buku dan pulpen menuliskan butir2 yang akan saya tulis. Tapi dalam perjalanan kali ini, saya bukan hanya bisa menulis pointers, namun juga bisa menulis artikel lengkap. Saya berhasil menulis 4 artikel termasuk yang sedang anda baca ini secara utuh.

 

Bentuk tulisan saya cukup bagus, lurus, tidak berbeda dengan bila saya tulis diatas meja. Tentu ini berkat jalan kereta yang relatif lurus tidak ber-kelok2 dan berkat kestabilan kereta. Ini menunjukan bagusnya mutu rel ganda yang telah digelar dibagian jalan ini.

 

Dulu, pada rute Bandung-Jakarta dari KA Parahiyangan, saya nyaris tidak bisa menulis satu katapun dengan baik karena goncangan KA. Andaikan ketenangan KA Parahiyangan bisa seperti KA Joglokerto ini, tentu itu berita baik bagi pekerja kantoran, mereka bisa menghabiskan waktu dengan kerja diatas KA.

Tapi mungkin diantara pemandangan hampir semua penumpang asyik dan terpaku ke layar ponselnya, sudah langka melihat seorang tua berambut putih yang menulis diatas buku dengan pulpennya. Tapi saya tidak peduli. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close