Selingan

Tradisi melarikan perempuan

Lombok, Kompas.com-Masing2 daerah punya tradisi, termasuk pernikahan. Suku Sasak di Lombok. Umumnya pernikahan ditempuh dengan cara mempelai pria bersama keluarganya datang melamar perempuan, maka bagi sebagian Suku Sasak cara yang ditempuh berbeda.

 

Mereka melakukannya lewat merarik, istilah yang biasa digunakan masyarakat Sasak dalam perkawinan. Tradisi merarik ini dikenal dengan “kawin lari”. Anak perempuan dilarikan untuk dijadikan istri. Maeson, warga Sasak menjelaskan merarik itu sebuah tradisi turun-temurun. Pria dan perempuan biasanya lebih dulu berjanji untuk bertemu di suatu tempat.

 

Setelah itu perempuan dilarikan oleh pihak pria ke rumah keluarga mereka. Biasanya perempuan diinapkan satu hingga tiga hari. “Katanya kalau nggak dicuri (dilarikan) nggak gentle (seperti laki-laki),” kata Maeson kepada Kompas.com di Desa Sekotong Timur, Lombok Barat, NTB, Senin (10/11/2017).

 

Setelah melarikan perempuan, maka akan ada proses besejati, di mana pihak mempelai pria mengirim utusan, yang biasanya adalah tokoh masyarakat. Tugasnya adalah memberitahukan kepada kepala dusun tentang ‘pencurian’ tersebut agar diteruskan ke keluarga perempuan.

 

Tujuan pemberitahuan itu agar “pelarian” diterima dan keduanya disetujui dinikahkan. Selanjutnya akan ada proses Selabar untuk membicarakan soal Pisuke, sejumlah uang atau barang yang diberikan pihak keluarga pria kepada perempuan. Adapun pemberian tersebut untuk biaya syukuran. Bila semua terpenuhi, maka akan segera dilakukan akad nikah.

 

Setelah resmi maka akan segera dilakukan Sorong Serah, yakni pengumuman resmi pernikahan. Kegiatan ini berupa penyerahan seserahan keluarga laki-laki kepada perempuan sesaat sebelum arak-arakan Nyongkolan sampai ke keluarga perempuan.

 

Pernikahan anak

Sayangnya, tradisi ini kerap disalahgunakan. Beberapa orang menggunakan cara ini menikah dengan anak-anak. Kasus tersebut pun biasa ditemui. Maeson yang juga Ketua Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) Sekotong Timur mengatakan dirinya khawatir dengan kondisi tersebut karena anak-anak yang belum bisa memutuskan kemauannya harus menikah.

 

Anak perempuan yang sudah dilarikan tersebut terpaksa menikah karena secara tradisi sulit untuk menolak. Bila menolak, masyarakat setempat akan menganggapnya aib karena gagal menikah.

Selain itu, pihak dari keluarga laki-laki juga akan berusaha mempertahankan agar pernikahan tetap berlangsung.

 

“Nah kami concern terhadap kondisi tersebut sehingga berusaha menghentikan pernikahan anak,” kata Maeson. Adapun KPAD Sekotong Timur merupakan satu dari tiga desa yang masuk dalam proyek aliansi “Yes I Do” dari Plan Internasional Indonesia bersama Rutgers WPF Indonesia dan Aliansi Remaja Independen (ARI) di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

 

Tiga daerah lain adalah Desa Jagaraga Indah, Desa Lembar Selatan dan Desa Kediri. Program Manager Project Yes I Do Amrullah mengatakan aliansi ini memiliki beberapa strategi untuk mengentaskan pernikahan usia anak. Strategi pertama yang dilakukan adalah mendorong masyarakat untuk berpikir transformatif, di mana harus diselesaikan dari akar.

 

Anak perempuan harus diberikan pemahaman secara holistik terkait resiko pernikahan usia anak. Anak perempuan juga akan didukung untuk melanjutkan sekolah, dan bagi yang sudah dinikahkan, maka akan didorong sekolah kembali.

 

Strategi lain adalah dengan meningkatkan kesadaran anak laki-laki soal risiko pernikahan usia anak. Peran laki-laki besar, karena kelak mereka akan menjadi ‘pelaku’ merarik. Oleh karena itu pemahaman pernikahan yang sakral dan membutuhkan persiapan matang harus ditanamkan, sehingga mereka enggan melakukan hal tersebut.

 

Selain itu, didorong keterlibatan anak2 muda di desa itu untuk turut serta mencegah pernikahan usia anak. Salah satu partisipasi dengan membentuk KPAD di setiap desa. “Nanti begitu denger ada perempuan mau diculik, sudah buat pagar sendiri,” kata Amrullah. (Kahfi Dirga Cahya; Wisnubrata; http://lifestyle.kompas.com/read/2017/07/12/081200520/tradisi.melarikan.perempuan.untuk.dijadikan.istri)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close