Iptek dan Lingk. Hidup

Garam dan pantai terpanjang di dunia

Kalau kita sebut garam, rujuklah 2 kata : Garam konsumsi atau garam Industri. Kenapa kita impor garam, padahal pantainya terpanjang di dunia? Karena mutu garam produksi petani garam kita baru memenuhi kualitas garam konsumsi, belum bermutu garam industri. Jadi garam yg diimpor pemerintah sejak jaman Belanda itu garam industri bukan garam konsumsi.

Garam industri itu diperlukan industri kimia (utk obat, pangan, kosmetik, dll). Syaratnya garam bagus dan bersih, dengan NaCl di atas 97 dan magnesium lebih rendah. Petani garam kita belum bisa berstandar garam kualitas industri. Hanya pantai tertentu yang berpotensi mampu menghasilkan garam dengan NaCL di atas 97% dan ini murni faktor alam.

 

Demi keamanan produk pangan, industri juga mensyaratkan garam industri memiliki batas maksimal kandungan logam berat seperti kalsium dan magnesium yang tidak boleh melebihi 400 ppm untuk industri aneka pangan. Jadi walau garis pantai kita terpanjang tidak berarti mampu menghasilkan garam yg di butuhkan  industri baik secara kualitas maupun kuantitas.

 

Seiring peningkatan produksi industri dalam negeri maka otomatis import garam industri meningkat. Saat ini, 80% produksi garam konsumsi berasal dari petani garam. Mutu produk yang dihasilkan belum maksimal karena tingkat kekotorannya tinggi. Bila diproses lagi, menyusut 30%. Belum lagi kegagalan petani garam karena cuaca. Karena itu pemerintah harus impor garam konsumsi juga.

Yang jadi masalah, ketika impor garam industri tapi peruntukannya buat garam konsumsi maka otomatis mematikan petani garam. Inilah yg terjadi saat dirut PT Garam di tangkap karena menyalahgunakan peruntukan garam industri untuk garam konsumsi. (Bagoes Wedyasena sumber dari https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10207967541101303&id=1680897117)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close