Pengalaman Anggota

Kok bisa ya?-Makan PAROAN

Beberapa waktu yang lalu Bu Johar, ketika pulang kampung, jalan2 dengan adiknya yang bernama Melati. Setelah keliling kota, melihat ini dan itu, beli ini dan itu, mereka masuk ke warung soto yang terkenal di kota tersebut. Oh ya, Melati ini ya sudah dewasa juga, sudah berkeluarga dan punya anak.

Soto khas kota ini wadahnya mangkok, tidak memakai nasi, namun ketupat. Isi soto ada kecambah, so-on dan daging ayam, lalu ditaburi bumbu-bumbu tabur, serta gorengan kerupuk kecil-kecil sampai penuh mangkoknya.

Karena mereka merasa tidak begitu lapar, maka mereka hanya membeli soto satu mangkok saja. Kemudian pinjam mangkok kosong, sendok dan garpu. Oleh Bu Johar, soto yang penuh satu mangkok dan masih utuh (belum diaduk-aduk) itu dibagi dua, “dibelah” dua dari atas ke bawah, lalu “separo” soto didorong dengan sendok ke mangkok kosong.

 

Kira-kira begitulah. “Separo” (setengah) mangkok untuk Bu Johar dan “separo” lagi untuk adiknya, Melati. Sambil makan Bu Johar membatin, “Ini soto bagaimana sih? Kok nggak ada daging ayamnya, cuman so-on dan kerupuk melulu”. Sampai soto habis dimakan, tidak bertemu daging ayam secuilpun.

Selesai makan, di kendaraan, sambil pulang, Bu Johar mengeluh kepada Melati tentang soto ayam yang tidak ketemu daging ayam sama sekali itu. Melati lalu bercerita, ketika makan soto “separo” itu dia heran, mengapa daging ayamnya banyak sekali, nggak seimbang dengan kupatnya yang sangat sedikit.

Kini ketahuan, ternyata pembagian Bu Johar tidak merata, semua daging ayam menjadi bagian adiknya, sementara dia sendiri banyak kebagian so-on dan ketupat, tidak dapat daging ayam secuilpun. KBY. Kok bisa ya ? (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close