Manajemen bencana untuk ketahanan dan pemulihan
Meskipun sidang2 yang saya hadiri adalah Sektor Komunikasi radio atau ITU-R, dalam hal ini WG (Working Group) 5A-3 di bawah WP (Working Pary) 5A, 6-16 Nov’17, yang berinduk pada SG (Study Group) 5, ada Rekomendari dari Sektor Standardisasi (ITU-T).
Yang menarik dan menentukan (crucial) dalam rangka ketangguhan pengembangan Manajemen Bencana untuk Ketahanan Jaringan dan Pemulihan, yaitu Rekomendasi ITU-T L-series Recommendations – Supplement 35 – Framework of disaster management for network resilience and recovery, yang untuk kemudahan saya lampirkan.
Indonesia adalah daerah yang intensitas dan jumlah bencana terbesar di kawasan dan mungkin di dunia, di samping anugerah alam yang kaya, potensi lautan, pilihan iklim bagi fauna yang amat beragam, gunung berapi yang memberi kesuburan, dsb.
Seperti diketahui saat terjadi bencana, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dsb, maka jaringan telekomunikasi mudah hancur, sehingga komunikasi yang justru dibutuhkan untuk pemulihan, justru lenyap. Oleh karena itu persiapan untuk jaringan yang lebih tangguh, seperti untuk diversivikasi jaringan serat optik dsb, sangat diperlukan.
Oleh karena itu sebaiknya penggelar jaringan dari Operator dan Pelaksanana Pembangunan perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan perangkat yang memadai pada tahap pertama, dan mendalami dan meneliti sampai sejauh mana dapat diimplementasikan seoptimal mungkin di lapangan. Tiada lain untuk melindungi mengurangi kerugian harta benda dan jiwa manusia terhadap bencana.
Kerjasama dengan berbagai instansi bencana seperti BMKG, SAR, dll tentunya sangat dibutuhkan, baik sebelum terjadi, selama, dan setelah terjadi bencana. (Salam, APhD)-FR