Pengalaman kekurangan cairan lutut
Saat saya pulang shalat subuh di Cipete Jkt, tiba2 hujan turun. Saya lari se-cepat2nya ke rumah karena di komplek perumahan tidak ada tempat berteduh. Saya pede lari, karena terbiasa olah raga, fit. Nafas ok, ternyata onderdil kaki yg tdk mendukung. Kaki njarem.
Pulang Jogja, saya pijat beberapa kali tidak sembuh. Kini dengkul malah nyeri. Periksa dokter, saya over weight dan kekurangan cairan pelumas sendi. Dilarang lari. Wah ini vonis bisa2 seumur hidup tdk bisa lari lagi. Eh, lagi2 saat mau shalat Isya ke mushola kaki kiri terkilir hebat.
Sakit luar biasa sampai dlosor di jalan tak berdaya. Saya teriak, ditolong anak istri, dipapah keluar. Lagi2 pijat, obat Cina dll. Tapi tdk pernah sembuh. Sekitar 6 bulan saya menderita. Tidak bisa ibadah dengan sempurna. Duduk diantara dua sujud, tahiyat, bangkit sakit semua. Tapi tetap shalat fardhu saya paksa jalan terseok ke mushola, sholat sunnah tetap saya paksa tanpa berkurang.
Saya pikir2 ini peringatan dari Allah, kesakitan itu bermula dari mau menjalankan ibadah. Juga peringatan bahwa usia 70 th, bukan saatnya OR untuk mengejar prestasi yg tidak pernah ada ujungnya. Mindset saya ubah, saya kembali OR tapi tujuannya agar bisa menjalankan ibadah pokok dengan baik.
Makan enak saya tinggalkan. Saya hapus nasi putih dari menu, saya ganti nasi merah, belakangan saya ganti lagi dengan nasi hitam. Lauk saya pilih yg sehat, walau tidak enak. Toch saya pernah merasakan masakan2 enak mahal dari berbagai penjuru dunia. Tubuh dan lidah saatnya stop mengejar nafsu enak.
Lima macam alat fitness yg selama ini saya tinggalkan, saya hampiri lagi sedikit demi sedikit satu persatu. Eh, lama2 bertahap dan sadar terasa pulih kembali, kemampuan saya lari dan kelenturan tubuh. Alhamdulillah. Sering kali saat sholat saya bersyukur bisa sehat kembali, nikmat betul. Rasa nikmat itu muncul karena pernah merasakan sakit.
Kini, andai saya mau genjot lari dan latihan beban untuk prestasi bisa dilakukan, tapi buat apa? Saya OR tujuannya bisa ibadah dengan baik, toch sisa umur mungkin tak panjang lagi. Maaf, panjang ceritanya, tapi siapa tahu bermanfaat, terutama yg pernah sakit kaki seperti saya. Maaf bukan bermaksud menggurui, sekedar tukar pengalaman.
(Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR