Agar tidak antre Satay Kato berinovasi dalam hal pemesanan
Salah satu kunci keberhasilan Bisnis diantaranya Inovasi, berani tampil beda, peningkatan pelayanaan dan mengelola persaingan. Berikut cuplikan dari beritasatu.com menyajikan artikel tentang Satay ini :
Bagi pencinta kuliner, nama Satay Kato tidak asing lagi. Meski berkonsep kaki lima dengan gerobak, namun ada 25 cabang di 8 kota, yang awalnya buka di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Untuk membeli atau memesan langsung sate ayam ini kadang konsumen harus rela antre panjang.
Pemilik Satay Kato, Yuda Fajrin mengatakan sate racikannya daging tanpa bumbu, namun rasanya gurih. Penyebabnya daging diolah dengan rempah2 khas Tanah Air. Menu khas ini diperkenalkan sejak Agustus 2016. Rasanya makin nikmat saat sate ini diberi sambal kato yang dimasak matang, membuat ketagihan. Untuk di Jakarta, harganya Rp 20.000 per porsi (10 tusuk). Di daerah harganya bisa lain.
“Banyak yang bilang mirip sate taichan. Tapi saya tegaskan, ini berbeda. Bahan dasar dan cara masaknya beda. Yang membedakan sate kato dan sate lain adalah kami hanya pakai daging ayam bagian pahanya saja dan kulit sehingga rasanya lebih gurih dan sambalnya dimasak, bukan mentahan yang di-potong2 atau diuleg lalu disajikan,” kata Yuda (26/1).
Guna menghindari antrean pemesanan, pemilik menerapkan inovasi antri online. Ia ciptakan Kato Geng, yakni pemesanan (order) melalui grup aplikasi WA. Mereka yang masuk di dalamnya pelanggan yang tak mau repot antre menunggu, saat di lokasi penjualan dan untuk pesanan yang diantar ke konsumen.
“Sistemnya makan pulang. Pelanggan datang, sate siap. Jadi tidak bosan nunggu, termasuk pembayaran. Mereka bisa bayar di lokasi atau transfer saat pesan lewat WA atau sesudah makan. Kami ingin memudahkan pelayanan dan membangun hubungan baik dengan konsumen. Inilah inovasi servis kami,” ujarnya yang di tiap daerah ada koordinator WA.
Satay Kato berlokasi di Kemang, mulai buka pukul 09.00 hingga jam 02.00. Saking banyak pecintanya, makanan ini meraih penghargaan The Best Kuliner 2017 kategori sate. Banyak konsumennya dari orang asing dan artis ibukota. Seperti Adipati Dolken,Ruben Unsu, Adi Nugroho, Ayu Ting Ting, Teuku Jamil, Wulan Guritno beserta anaknya dan aktris lain.
“Mereka per orang bisa makan 50 hingga 80 tusuk saat makan. Ada pelanggan yang sanggup diatas 100 tusuk, saking nikmatnya. Untuk di kawasan Kemang, kami siapkan 100 kg daging ayam/minggu ,” ujar lelaki jebolan magister manajemen Universitas Trisakti itu. Pria (29) itu berencana membuka jenis lain yakni Kato Katsu (Chicken Katsu) dan Kato kopi yang disajikan dingin dalam botol.
“Target 2018 ingin buka 100 cabang. Kini Satay Kato dilirik investor karena market luas dan berpeluang besar. Pihak investor ingin Satay Kato masuk ke mal2 atau di ruko, karena kalau model kaki 5, saat hujan deras bisa bubar,” ujarnya yang sudah mematenkan produknya PT Kato Kuliner Indonesia. (Hendro D Situmorang; Sumber: Suara Pembaruan)
Monggo lengkapnya klik aja :Â (http://www.beritasatu.com/kuliner/475405-tak-ingin-antre-satay-kato-hadirkan-inovasi-pemesanan.html)-FatchurR