TELKOMGrup dan SEKAR

Lagi Bedah Buku Untold TELKOM IPO Stories di Yogyakarta

Bermula dari ajakan SPS untuk ngobrol pada hari Kamis, 19/04/18, saya pikir hanya antara kita berdua plus beberapa teman pensiunan dan karyawan aktif, santai dan tanpa struktur. Ternyata kok jadi serius ada tim kerja, panelis, undangan dan formal.

 

Untung ada pak Moh.Shofi dan teman-teman P2Tel, plus pimpinan Witel Jogja yang ikut membantu mensukseskan acara dadakan tanpa rencana itu.

 

Setelah bongkar pasang tim panelis, akhirnya matang tersusun pembahas adalah Pak Bajoe Narbito mewakili pensiunan, Pak Ya’aro Hulu Deputy EVP Regonal IV mewakili teman2 yang masih dinas dan Pak A Tony Prasetiantono M.Sc.,PhD dari UGM. Tiga panelis ini ya cerminan dari para tamu yang hadir, malah dari UGM hadir Guru Besarnya Bp.Prof.Dr.Miftah Thoha.

 

Kalau tamu dan panelisnya begitu kalibernya, bedah buku ini bukan lagi asal2an, tapi berbobot lebih dari biasa. Saya diminta oleh SPS sebagai moderator, sebuah tugas yang paling saya takuti, mengapa? Karena telinga saya sudah tuli, sering kali saya tidak mampu mendengar dengan jelas pertanyaan dari audience.

 

Sebagai pembuka dari acara ini, penulisnya, SPS mengantarkan latar belakang tersusunnya buku yang apik ini. Terungkap philosophic keinginan keras SPS untuk go public ini adanya keinginan perubahan system yang menyeluruh dari perusahaan, bukan perubahan tambal sulam, ganti CEO ganti system, namun perubahan yang mendasar.

 

Dengan go-public tanggung jawab pengurus perusahaan kini hanya kepada RUPS, tentu ini meminimalkan dari direcokinnyaperusahaan oleh para penguasa di negeri ini.

 

Ketiga panelis terkesan akan ketangguhan SPS dan tim untuk menggoalkan IPO di NYSE, bahkan jabatan menjadi taruhannya. Bagi generasi muda yang diwakili oleh pak Ya’aro Hulu, menganggap buku ini juga sebagai pelurusan sejarah suasana manajemen pada pertengahan tahun 90an yang tidak banyak dipahami oleh para generasi penerus.

 

Generasi muda ini, menjadi terusik keinginan tahunya akan sejarah kisah untold story yang lain seperti KSO dll. Mereka berharap ada buku-buku lain seperti yang telah dirintis oleh SPS.

 

Pak Bajoe malah mengusulkan buku ini menjadi buku wajib bagi setiap karyawan baru, sehingga mereka yang sekarang berada dalam kenyamanan dan kebesaran perusahaan mengetahui bahwa mereka berdri diatas bahu para pendahulu-pendahulu yang ikut membesarkan perusahaan.

 

Pak Bajoe dengan rinci, menguraikan tahapan adanya “culture schock”, sejak jaman pak Cacuk, pra IPO, IPO nya sendiri serta pasca IPO.

 

“Bintang” siang itu adalah penulis, dosen, pengamat yang rajin menulis, Bp. A.Tony Prasetiantono. Beliau selain memiliki data yang lengkap dan akurat, pengetahuan yang mumpuni, juga memiliki kemampuan menghibur yang luar biasa. Suasana siang itu habis oleh riuh dan gelak canda karena guyonan-guyonan segarnya.

 

Pak Tony menyebut SPS adalah tokoh yang beruntung  mengalami tiga peristiwa penting. Pertama membidani IPO, sebuah mile-stone penting bagi semua perusahaan. Perusahaan menjadi transparan dan jelas akuntabilitasnya. Kedua, mengelola KSO, yang semula hanya sebagai pemanis atau sweetener IPO, padahal hati kecilnya SPS sesungguhnya menolak KSO.

 

Terbukti jaman sekarang untuk menjadi worldclass, kompetitif, tidak lagi harus kerja sama dan memasukan manajemen asing ke dalam perusahaan. Ketiga, SPS meletakan dasar-dasar Telkomsel, jasa GSM yang sekarang menjadi tulang punggung TELKOM.

 

Pak Tony mengharap tokoh-tokoh pimpinan BUMN besar lain bisa meniru keberanian SPS mengungkap semua “un-told” stories dibalik peristiwa-peristiwa penggantian manajemen yang kadang “aneh”. Pak Tony sangat mengharapkan di buat edisi bahasa Inggris, tentu saja dengan ditambahkan latar belakang teori agar buku ini sejajar dengan buku-buku teks penulis asing yang terkenal.

 

Salah satu yang beliau sebutkan adalah banyak un-told stories adalah evidences dari teori-teori umum seperti “rent-seeking behavior theory (1974)”.

 

Pak Tony menekankan bahwa sekalipun density cellular Indonesia termasuk tinggi, namun terungkap bahwa density untuk “smart-phone” sangat rendah. Pemakaian telepon genggam kita untuk aplikasi yang smart masih kurang, ini sesungguhnya membuka peluang yang sangat besar bagi TELKOM untuk menggali dan mengembangkannya.

 

Pengamat ekonomi itu berpesan TELKOM jangan terlena pada zona nyaman. Jaman sekarang dalam dunia binis dalam kondisi gonjang-ganjing, akronimnya VUCA artinya Volatility (penuh gejolak), Uncertainty (ketidak pastian), Complexity (kompleks, rumit) dan Ambiguity (serba kabur, tidak jelas).

(rekaman instant, Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close