Embun pagi
Cucuku, pernahkah engkau melihat lapangan rumput pada pagi hari? Engkau melihat lapangan tertutup hamparan putih bening bekilauan, kadang pancaran sinar matahari pagi memantulkan cahaya berwarna warni. Bila kau berjalan tanpa alas kaki, terasa basah dan dingin menyegarkan.
Permadani embun yang terinjak akan lenyap pecah meninggalkan jejak kaki kecilmu pada hijaunya rumput. Hadiah bagi pelari pada rumput pagi, kaki menjadi sangat bersih dan segar berkat pijatan reflexi lembut oleh serat-serat rumput.
Proses terjadinya embun berawal dari bumi kita ini yang berputar pada porosnya dengan kecepatan tetap, 24 jam setiap satu putaran. Kemiringan sumbu putaran bumi terhadap lintasan garis edar bumi mengelilingi matahari sebesar 23,5 derajat, menyebabkan perbedaan lama waktu paparan panasnya matahari pada berbagai wilayah.
Kita yang hidup di daerah tropis, beruntung mendapat waktu yang relatif sama antara siang dan malam. Kita beruntung hidup di kepulauan sehingga iklimnya basah. Pada siang hari air menguap dan udara yang panas, menyerap uap air sebanyaknya. Ketika malam dingin mulai menyergap permukaan bumi.
Bumi makin dingin saat sepertiga malam yang terakhir, umat muslim shalat tahajud, saat itu udara cukup dingin, sehingga melepaskan kandungan airnya dalam bentuk ribuan, jutaan butiran embun pagi. Butiran2 air itu adalah setitik air yang terperangkap dalam bulatan tegangan permukaannya sendiri.
Begitulah keajaiban air ini, ia memiliki tegangan permukaannya sehingga mampu menyimpan butiran embun yg bersih untuk mahluk hidup yang lain. Ketika waktu Dhuha, cuaca sudah cukup hangat dan sudah sunnatullah, embun ini lenyap dengan sendirinya.
Begitullah, Allah sangat konsisten menjalankan hukumnya, sehingga ilmu pengetahuan itu bisa hidup. Bila hukum Allah itu berubah-ubah, orang tidak bisa mempelajarinya dan tidak ada tempat