Kesehatan

Jangan anggap remeh Diare

(suaramerdeka.com)-pernahkah Anda diare? Diare adalah penyakit yang ditandai dengan tinja yang lembek dan cair, seringkali disertai kejang perut. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua maupun muda.

 

kini, banyak masyarakat kita yang berpikiran diare bukan penyakit menghawatirkan / menyeramkan dibanding serangan jantung, tumor dan kanker. Diare sering dianggap penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.

 

Menurut WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia/tahun. DI Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita. Jadi, jangan anggap remeh diare terutama anak karena berbahaya dan dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan.

 

Menurut dokter RS Columbia Asia Semarang dr. Ryna Mahdalena Ambarita, diare adalah jika pasien buang air besar (BAB) dengan konsistensi feses (tinja) cair dan frekuensinya lebih sering dari biasanya.

 

“Tersering menyerang anak yang mengenal jajan, tapi dewasa juga banyak yang kena diare. Perubahan konsistensi feses biasanya disertai gejala tambahan seperti mual, muntah, kembung, atau rasa tidak nyaman di perut. Bahkan bisa demam sebagai alarm adanya infeksi masuk di tubuh” terangnya.

 

Bayi dan balita rentan diare. Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuh yang belum optimal menyebabkan mudah terserang diare. Tapi diare pada orang dewasa, dapat disebabkan pola makan (makanan bersantan-pedas) dan stres. Untungnya, daya tahan orang dewasa lebih kuat dibanding anak2.

 

“Penyebab diare tersering disebabkan virus Rotavirus, tapi ada yang diakibatkan bakteri. Apakah diare diakibatkan bakteri atau tidak, maka perlu pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan sampel feses. Darimana virus itu masuk?”

 

“Penyebarannya secara fecal oral, atau dari makanan yg tercemar karena higienitas yang kurang. Misal, tidak mencuci tangan dengan bersih setelah membilas saat buang air besar, lalu makan atau menyajikan makanan tanpa mencuci tangan dengan bersih lebih dulu” terangnya.

 

Bahaya diare yaitu dehidrasi (kekurangan cairan). Jika tak segera ditangani, dehidrasi menyebabkan kematian. Cairan dan elektrolit tubuh banyak keluar bersama tinja atau muntah hingga tubuh kesulitan menjalankan fungsinya. Karena itu, penting bagi penderita menjaga cairan tubuh agar tetap stabil.

 

“Mengganti cairan tubuh yang hilang saat diare jadi utama yang harus disadari. Karena diare berdampak hilangnya cairan tubuh. Pada anak, dehidrasi dinilai dengan bibir kering, cepat haus, kelopak mata cekung, anak rewel atau menangis namun airmata sedikit. Pada dehidrasi berat ditandai kondisi anak menangis tapi gak keluar air mata, malas minum dan kesadaran menurun” jelas dokter itu.

 

Untuk penegakan diagnosis diare, dokter melakukan anamnesis atau wawancara pada pasien atau pengantarnya lebih dulu, lalu pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mengetahui sejauh mana tingkat dehidrasinya, apakah ringan, sedang atau berat.

 

“Jika ehidrasi ringan, pasien mau makan dan minum, mampu beraktivitas rutin, maka tak diperlukan rawat inap. Untuk dehidrasi sedang dan berat disertai kondisi pasien yang tidak mau makan minum, tapi terus terjadi diare atau sering muntah hingga lemas, maka  pasien dianjurkan rawat inap agar bisa diberikan cairan pengganti melalui infus” terangnya.

 

  1. Ryna Mahdalena Ambarita menjelaskan penanganan diare anak dan dewasa beda pendekatannya, meski ada terapi yang sama yaitu terapi cairan sebagai tatalaksana awal, sampai kondisi stabil. Pasien dapat segera minum air putih saja, tidak perlu cairan elektrolit kemasan, sampai berobat ke dokter.

 

“Jika masih diare, muntah dan tidak mau makan minum hingga lemas, segera bawa ke UGD. Penanganan pasien dewasa selain terapi cairan sesuai kebutuhan, iberikan anti diare dan obat2 sesuai gejalanya. Anak tidak perlu diberikan anti diare. Cukup tetap memperhatikan 5 pilar diare : Beri minum oralit untuk pertahankan cairan tubuh:,

 

“Juga zinc selama 10 hari, memperbaiki lapisan dalam usus (zinc bisa berupa tablet, syrup atau sachet dan dosis disesuaikan anak dan dewasa), Makan seperti biasa dan jika konsumsi ASI maka harus dilanjutkan, pemberian antibiotik sesuai indikasi dokter, dan petugas kesehatan adalah mengedukasi kepada pasien tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan, dan higienitas,” terangnya.

 

Untuk pencegahannya, paling mudah menjaga kebersihan makanan dan minuman, jangan beli makanan di sembarang tempat serta selalu membiasakan diri cuci tangan (dengan 7 langkah cuci tangan) baik saat menyiapkan makanan atau hendak makan.

 

Jauhi makanan yang kebersihannya diragukan, tidak minum air keran, memisahkan makanan yang mentah dari yang matang, usahakan selalu memasak makanan hingga matang, untuk alat makan pastikan bersih dan saat menyuapi makan anak pun tangan harus bersih.

 

Dengan memahaminya, semoga masyarakat lebih terarah dan tahu bertindak dalam hal pencegahan dan mencari pertolongan yang tepat apabila ada anggota keluarga yang mengalami penyakit ini.

 

Apalagi dimusim penghujan, daerah2 terkena banjir besar2an, dan banyak pengungsian. Di lokasi itu, fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk air bersih. Dihimbau saudara2 kita terutama yang memiliki anak dan balita untuk tetap menjaga kebersihan, karena diare disebabkan oleh kontaminasi kuman, baik melalui makanan langsung, minuman atau tangan yang kotor. (Red/CN33/SM Network; Bahan dari : https://www.suaramerdeka.com/kesehatan/baca/128412/jangan-anggap-remeh-penyakit-diare)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close