Selingan

Sukses Perusahaan Transportasi Jepang berawal dari Buntung

(finance.detik.com)-FUKUODA; Jepang memiliki perusahaan2 transportasi berbasis rel kereta yang dimiliki swasta dan pemerintah. Jumlah operator kereta di Jepang mencapai 211 perusahaan, dan 86% di antaranya operator swasta.

Japan Railway (JR) atau sebelumnya dikenal bernama Japan National Railway (JNR) jadi perusahaan yang terbanyak mengoperasikan jalur kereta. Berdasar data yang diterima detikFinance, JR mengoperasikan setidaknya 73% (20.127 km) dari total 27.607 km jalur kereta di Jepang.

JR bukan tanpa jalan terjal bisa sukses begitu banyak jalur kereta seperti saat ini. Pada 1987, JR yang sebelumnya dimiliki pemerintah; diprivatisasi jadi perusahaan swasta agar bisa mengembangkan usahanya di luar penjualan tiket.

 

Salah satunya dibuktikan JR Kyushu salah satu anak usaha dari JR Company. JR Kyushu atau Kyushu Railway Company yang diprivatisasi sejak 1987 menekan kerugian dan menghasilkan keuntungan dari diversifikasi bisnis di stasiun kereta.

“Jadi kami mulai operasi dengan jumlah pegawai lebih banyak dari yang diperlukan. Karena ada pegawai eksisting yang harus tetap dipekerjakan. Saat awal pengoperasian, finansialnya parah. Meski pendapatan kami (1987) JPY 130 miliar, tapi kami rugi JPY 30 miliar,”

 

kata Manager Planning Departement Corporate Planning Headquarter Kyushu Railway Company, Makoto Kawano dalam paparan di Kantor Stasiun Hakata City, Fukuoka, Jepang (27/11/18).

Selepas diprivatisasi, JR Kyushu mengembangkan bisnisnya. Menurutnya, bisnis transportasi khususnya perkeretaapian tak cukup hanya mengandalkan dari penjualan tiket. Usahanya mendiversifikasi bisnis non tiket mulai membalikkan keadaan lebih baik.

Di tahun 1987, pendapatan dari tiket kereta mencakup 81,8% dari total pendapatan yang membuat JR Kyushu rugi JPY 28,8 miliar. Pendapatan non tiket hanya menyumbangkan kontribusi 18,2%.

Perbedaan mencolok terlihat saat pengembangan bisnis non tiket dilakukan masif. Pada 2017, pendapatan non tiket menyumbangkan kontribusi tertinggi perusahaan 63,4% dan dari tiket menyumbang kontribusi 36,6%. “Kini sudah 30 tahun berjalan setelah privatisasi, kami untung JPY 46,7 miliar (2017)” katanya.

Kawano menjelaskan, pengembangan kawasan stasiun yang terintegrasi dengan ruang komersil mutlak perlu untuk menutup kekurangan pendapat di bisnis tiket. Hal itu dibuktikan saat dibukanya jalur kereta Shinkansen di Kyushu (2011) dan tak memberi kontribusi signifikan pada pendapatan tiket.

Namun, bisnis layanan transportasi harus tetap jadi bisnis utama perusahaan karena hal itu yang bisa mendorong pendapatan di sektor bisnis non tiket. Untuk itu, pelayanan transportasi kereta tetap jadi perhatian yang diutamakan.

“Pada awal didirkan, kami sedikit demi sedikit belajar me-renewal (pembaharuan), sehingga lama2 kami mampu membangun stasiun skala besar (1998) di Kyushu. Tahun 2000 juga membangun stasiun di Nagasaki, dan semua station building ini jadi shopping centre ternama di Jepang,” jelasnya.

JR Kyushu tak berhenti pada fasilitas komersial, tapi juga mengembangkan bisnis dari sudut pandang pembangunan perkotaan. Sejak 1988, JR Kyushu memulai bisnis apartemen di sepanjang jalur kereta yang mereka lalui. Lalu, ada pula anak usaha yang mengembangkan bisnis ritel, restoran, hingga hotel.

“Dari usaha railway, kami tetap jamin kenyamanan dan keselamatan yang tinggi untuk memperoleh kepercayaan dari pengguna. Dengan bermodal security dan trust, kami berbisnis dengan efek sinergi. Kami anggap dengan mengembangkan bisnis2 yang meningkatkan kompabilitas, dapat mengembangkan bisnis kami” ucapnya. (eds/dna; Eduardo Simorangkir;  Bahan dari : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4320523/kisah-sukses-perusahaan-transportasi-di-jepang-dari-buntung-jadi-untung)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close