Psikologi

Merasakan Kehadiran Allah

(republika.co.id- Oleh: Nur Farida)-Allah hadir di kehidupan kita. Dia tak terlihat karena Maha gaib. Namun, kita bisa rasakan kehadiran-Nya, pada diri kita dan orang lain, dan lebih luas alam semesta. Dia melihat semua makhluk-Nya. Allah berfirman, “Dia beserta kamu di manapun berada.” (QS al-Hadid [57]: 4).

 

Merasakan kehadiran Allah bisa mendorong kita lebih wawas diri, penuh pertimbangan dan perhitungan saat akan melakukan sesuatu. Kita akan menimbang, yang kita lakukan baik atau buruk. Kita menyeleksi dan mencermati betul setiap tindakan kita. Jika merasakan kehadiran Allah, kita selalu di jalan kebaikan dan menjauhi jalan keburukan. Inilah yang Nabi sebut ihsan.

 

“Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Dikisahkan, Abdullah bin Dinar menemani Umar bin al-Khathab  ke Makkah. Di tengah perjalanan, mereka berhenti istirahat sejenak melepas lelah. Selang beberapa saat, lewat penggembala yang menggiring kambing2nya yang gemuk2 pulang dari penggembalaan yang penuh rerumputan menghijau. Umar tertarik dengan keadaan kambing2 itu dan ingin membelinya seekor.

 

Umar mencegat penggembala dan bertanya, “Penggembala, aku tertarik kambing2 mu. Sudikah kamu jual seekor pada saya?” Sang penggembala menjawab, “Wahai Tuan, maaf, ini bukan kambingku, melainkan milik majikanku. Aku tak bisa menjualnya sebelum memberitahu majikanku.”

 

Umar terus mendesak, “Dia tak tahu apa yang kita lakukan.” Si penggembala menjawab, “Majikanku  tidak tahui, tapi bukankah Allah Maha Mengetahui apa pun yang aku dan engkau perbuat?”

 

Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhaj al-Muslim menyebut ini muraqabah, kesadaran Muslim dirinya selalu diawasi Allah tiap saat. Allah selalu melihatnya, tahu rahasia2nya dan semua amalnya, serta mengamatinya, dan apa saja yang dilakukan anggota badan, lahir dan batin.

 

Al-Jazairi mengatakan, orang yang selalu menyadari kehadiran Allah akan merasakan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tenteram saat mengingat nama-Nya, dan merasakan ketenteraman ketika menaati-Nya. Ia selalu ingin dekat dengan-Nya dan tak akan berpaling pada selain-Nya sebagai Tuhan hakiki-Nya.

 

Orang yang merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan terdorong mencintai-Nya dengan tulus dan terus menerus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Ia juga senantiasa mencintai sesama dan seluruh makhluk-Nya karena semua itu milik dan ciptaan-Nya yang harus dijaga, dikasihi, disayangi, bukan dibenci, dizalimi, dan diperlakukan buruk.

 

Ia akan selalu menjaga diri dari keburukan2 dan merasa malu jika berbuat jahat kepada siapa pun karena Allah melihat dirinya. Tindakan2 buruk dan jahat pada sesama terjadi karena manusia mengabaikan dan menyingkirkan Allah dalam kehidupannya. Ia tidak meyakini kehadiran-Nya, bahkan cederung menentang orang-orang yang menunjukkan keberadaan-Nya.

 

Orang mukmin sejati akan selalu merasakan kehadiran-Nya karena dia menyadari keberadaan-Nya. Ini membuat dirinya akan selalu berada di jalan yang benar. Hidupnya juga akan bahagia karena yakin Allah pasti akan menyertainya, membimbingnya kepada kebaikan dan menjauhkannya dari keburukan, keseng saraan, dan penderitaan hidup.

 

Tanpa bimbingan Allah, manusia akan melenceng dan jauh dari kebaikan dan dikuasai hawa nafsu yang menjatuhkannya ke jurang keburukan. Ini tidak akan terjadi pada orang yang merasakan kehadiran-Nya. Wallahualam. (Red : Agung Sasongko; Bahan : https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/pnks5j313/merasakan-kehadiran-allah)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close