Rasa ingin bermanfaat untuk orang banyak mulai tumbuh pada diri Didin senjak teman-teman membantunya bangkit dari keterpurukan akibat kecelakaan yang di alaminya. Kecelakaan di alami saat Didin berusia 20an.
Dia cedera di tulang ekor sejak delapan tahun lalu. Membuatnya harus berjongkok ketika berjalan. Hal itu membuat Didin sempat mengalami rasa minder, mengurung diri, dan menjadi pendiam.
Beruntung ada teman-teman yang selalu menyemangatinya dan mengajak Didin jalan-jalan keluar rumah, Meski di tempat umum ada orang yang terang-terangan menatap Didin karena keterbatasannya. Teman-teman Didin tidak segan menegur orang yang menatap Didin tidak sopan. Dari sanalah mulai muncul kembali rasa percaya diri Didin dan perlahan tumbuh rasa ingin bermanfaat untuk orang banyak.
Beberapa bulan kemudian Didin mulai mengikuti pelatihan untuk orang Difabel di Yogyakarta, dari sanalah Didin bertemu dengan Indra. Beliau yang mengajak Didin ikut bergabung di Komunitas Kreatif Difabel. Mereka membuat kaki dan tangan palsu untuk penyandang difabel dengan harga yang lebih murah namun kualitas tetap sama.
Didin ingin bermanfaat bagi orang lain, terutama untuk kaum difabel, manfaat tenaga dan dorongan motivasi untuk sesama difabel. Tidak sedikit pasien atau pemesan yang datang membeli kaki palsu pada awalnya menutup diri dan murung. Didin dan sesama anggota Komunitas Kreatif Difabel memotivasi pasien atau si pemesan, dan saling menguatkan satu sama lain.
Didin berharap ada perhatian lebih di bidang fasilitas umum dari pemerintah untuk orang difabel. Minimnya fasilitas tidak jadi hambatan untuk Didin terus bekerja dan beraktifitas sehari-hari.
Salama seseorang kehilangan tangan atau kaki, mereka belum kehilangan harapan. Tapi ketika seseorang kehilangan harapan seseorang akan berheti disana dan sudah tidak punya apa apa lagi. Yang di butuhkan oleh seseorang adalah keinginan yang kuat untuk terus berkembang dan maju. Karena tidak ada yang tidak mungkin. (Kiriman Nisa Film)-FR *
