Indra Sulap Eceng Gondok Jadi Tas Cantik Untuk Lestarikan Citarum
(wolipop.detik.com)-BANDUNG BARAT; Indra Darmawan (47) mampu menyulap eceng gondok jadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Ia ubah tanaman gulma di perairan itu jadi tas dan aneka kerajinan lain.
“Sejauh ini eceng gondok yang ada diangkut dari sungai dan dibuang. Padahal bisa diberdayakan dan diproses,” kata Indra (29/6/2019).
Ia lihat tak ada satu pun sia2 tercipta di alam ini, termasuk eceng gondok yang dipandang sebagaiĀ penyebab kian mendangkalnya Sungai Citarum. “Kalau akarnya makin panjang ke tanah, bisa terjadi sedimentasi. Eceng gondok juga menyerap oksigen dalam air dan menutupi cahaya matahari, sehingga ikan dan makhluk hidup lain bisa terancam,” kata Indra.
Eceng gondok berfungsi menyerap racun di dalam air. Sehingga, tanaman ini jangan dimusnahkan, tapi dikendalikan penyebarannya. Ia menginisiasi pembuatan tas dari eceng gondok dengan melibatkan masyarakat sekitar yang ia beri pelatihan sebelumnya. Alhasil, usaha ini berbuah manis.
“Dari eceng gondok ini bisa dibuat berbagai kerajinan, seperti tas, satu tas ini bisa dijual dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu,” katanya. Dalam sebulan, bisa diproduksi 100-200 buah tas eceng gondok yang dijual secara online atau offline. “Dalam sebulan bisa mendapat lebih dari Rp 10 juta,” katanya.
Tak hanya tas, eceng gondok juga disulap jadi sepatu, tempat tisu bahkan meja. Kerajinan dari eceng gondok ini upaya melestarikan Sungai Citarum yang dilakukan Indra bersama Yayasan Bening Saguling Foundation. “Kami ingin masyarakat lebih peduli Citarum, kami berdayakan mereka dan Citarum lebih lestari,” katanya.
Ia rutin memberi sosialisasi dan berbagai pelatihan, bahkan warga mancanegara yang ingin belajar membuat kerajinan dari eceng gondok juga ia layani. “Zero waste, eceng gondok bisa jadi atap, tempelan bilik bambu dan juga pot untuk tanaman aquaponik,” ujar Indra.
Tak hanya itu, pihaknya memiliki saung bambu yang salah satu bahannya pakai eceng gondok. Lembaga pemberdayaan yang diinisiasi sejak 2014 ini terus berkembang, hingga akhirnya tercipta sekolah alam.
“Sekolah alam ini untuk tingkat TK dan SMP, anak2 diajarkan produktif dan mencintai alam. Awalnya yang ikut hanya anak pemulung dan keluarga tidak mampu, kini yang umum juga ada, yang mampu harus bayar,” katanya. (eny/eny; Yudha Maulana; Bahan dari : https://wolipop.detik.com/fashion-news/d-4605688/kisah-indra-sulap-eceng-gondok-jadi-tas-cantik-demi-lestarikan-citarum?tag_from=wpm_nhl_6)-FatchurR *